Senin, 02 September 2024

Selamat Datang Color Revolution, Selamat Datang Indonesia Spring

Bila mencermati kronologis gerakan massa tanggal 22 Agustus 2024 hingga kini, bahwa urutan aksi dimulai setelah beredar logo Garuda Biru dengan slogan singkat: “Peringatan Darurat”.

Dejavu. Tiba-tiba, ingatan saya terdampar pada dua peristiwa silam tentang Revolusi Warna (Color Revolution) di jajaran Pakta Warsawa tahun 2000-an yang kemudian dikenal dengan istilah Balkanisasi, serta isu Arab Spring yang memporak-porandakan beberapa negara di Jalur Sutra tahun 2010-an.

Tampaknya, antara Color Revolution, Arab Spring dan Garuda Biru polanya persis sama kendati ada sedikit beda tapi perbedaannya tak begitu signifikan, antara lain:

* Slogan gerakan berdiksi singkat serta sifatnya membakar massa. Ini kesamaan;

* Jika logo pada Pakta Warsawa (Color Revolution) dan di Jalur Sutra (Arab Spring) ialah Tangan Mengepal alias Tangan Terkepal, sedangkan logo di Indonesia adalah Garuda Biru. Sepertinya, Garuda hendak “dibirukan”. Ya, cuma logo yang berbeda;

* Pada isu Color Revolution dan Arab Spring diawaki oleh National Endowment for Democracy (NED), NGO Paman Sam spesial ganti rezim yang dibiayai oleh Kongres AS. Lalu, siapa yang menggerakkan massa kemarin pada tanggal, jam, serentak dengan isu yang sama di Indonesia?

* Aksi massa dalam tiga peristiwa di atas ber-isu demokratisasi, HAM, kebebasan, keadilan dan seterusnya dimana muaranya: 1) kalau di Balkan dan Jalur Sutra bertema ganti rezim, bahkan ganti sistem; 2) aksi di Indonesia tak jauh dari isu-isu di atas. Meski sekarang ada peningkatan kualitas isu dibanding aksi 22 Agustus kemarin, tema bergeser sedikit menjadi: “Turunkan dan Adili Jokowi”, “Pelanggaran HAM Prabowo” dan lain-lain.

Nah, dari uraian di atas mulai tercium siapa invisible hands di balik aksi-aksi massa beberapa minggu ini, bahwa ternyata selain mentarget Presiden Jokowi, juga membusukkan Presiden Terpilih Prabowo. Unik. Tinggal beberapa bulan lagi kok ditarget; belum dilantik sudah ditarget?

Singkat bahasan, telah dapat ditarik simpulan walau prematur, bahwa Garuda Biru merupakan operasi intelijen asing yang ingin mengacau Indonesia dari sisi internal jelang pelantikan Presiden Terpilih 20 Oktober 2024 mendatang. Maka, jika merujuk peristiwa di Balkan dan Jalur Sutra dimaksud, dengan rasa marah saya ucapkan:

“Selamat datang Revolusi Warna, Selamat datang Indonesia Spring!”

Kenapa demikian?

Ini terpantau dari isu-isu yang diusung baik oleh massa mahasiswa, aksi para tokoh maupun atraksi guru-guru besar hanya berputar-putar di hilir persoalan, bukan di hulu masalah bangsa. Mereka sadar, atau pura-pura tidak sadar?

Pertanyaannya simpel, kenapa aksi massa selama ini tidak ada yang mengusung isu KEMBALI KE UUD 1945. Itulah masalah hulu bangsa. Bukankah publik mulai melek bahwa biang atau sumber kegaduhan di republik ini sejak reformasi adalah UUD 1945 alias UUD 2002 Produk Amandemen empat kali?

Sekali lagi, dejavu. Persis kegaduhan 1998 jelang kejatuhan Orde Baru, aksi massa penurunan Pak Harto hanyalah agenda, sedang skema/tujuannya adalah amandemen UUD 1945 (1999-2002), yaitu liberalisasi konstitusi.

Hari ini, tampaknya bangsa ini tidak sedang disuguhi agenda, tetapi tengah digiring pada skema operasi Garuda Biru oleh intelijen asing yakni pelestarian UUD Produk Amandemen (1999-2002) sebagai penguatan atas liberalisasi konstitusi sejak 2002.

Maka, kepada segenap bangsa ini, waspadalah! Jangan sampai akibat kebencianmu terhadap sesorang, menghilangkan akal sehatmu dalam berbangsa dan bernegara.

Salam Akal Cerdas dan Hati Sehat.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar