“bandah urang nan ambo bandah kan. parayieh sawah nan di rawang. supayo elok rancah nyo luluak. kabah urang nan ambo kabah kan. jikok ado nan salah jo kurang. dek nan tau tolong di tukuak”
Penggunaan bendera bagi
setiap negara memiliki arti tersendiri. Namun demikian banyak warna bendera
dari beberapa negara memiliki warna yang sama, padahal kita tahu bendera
merupakan simbol sebuah negara. Sebut saja bendera Indonesia dengan kerjaan
Monaco memiliki warna merah dan putih yang sama. Bendera yang banyak memiliki
kemiripan adalah bendera Prancis. Beberapa negara memiliki warna bendera yang
sama dengannya adalah Guadeloupe, Mayotte, Reunion, Wallis and Futuna Islands,
France Metropolitan dan French Guiana.
Bukan saja negara, banyak
organisasi, suku, dan kelompok lain di dalam masyarakat menggunakan bendera
sebagai simbol identitasnya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah
kemiripan bendera negara Jerman dan bendera suku Minangkabau Sumatera Barat).
Walaupun susunan warna
aslinya berbeda secara horizontal (jerman dari atas ke bawah) dan vertikal
(Pagaruyung dari kiri ke kanan), namun kadang penggunaannya dibuat secara
horizontal dan vertikal. Apakah ada hubunganya warna bendera pagaruyung atau
suku Minangkabau dengan bendera negara Jerman ? Belum ada penelitian ilmiah
tentang ini. Namun yang pasti masing-masing memiliki arti tersendiri.
Sebelum 1815, tidak ada
negara yang disebut Jerman yang kita kenal sekarang. Yang ada adalah Kekaisaran
Romawi Suci. Bendera yang digunakan negara Jerman ini berasal dari the Imperial
coat of arms of the Holy Roman Empire. Terdiri dari tiga pita horizontal yang
sama berwana hitam (atas), merah (tengah), dan emas atau kuning (bawah).
Menurut tradisi kuno
simbolisme warna pada bendera Jerman mengandung arti :
Kuning adalah simbol kedermawanan.
Merah adalah tahan banting, keberanian
atau kekuatan dan keberanian.
Hitam adalah kebulatan tekad, ketetapan hati atau kepastian.
Munculnya nama Pagaruyung
sebagai sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pasti, dari Tambo
yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan
dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap
Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas
menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh
Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di
negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari
Prasasti Batusangkar.
Dari manuskrip yang
dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang Arca Amoghapasa
disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di
Malayapura, Adityawarman merupakan putra dari Adwayawarman seperti yang
terpahat pada Prasasti Kuburajo dan anak dari Dara Jingga, putri dari kerajaan
Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Pada masa pemerintahannya
kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman
Minangkabau.
Ketiga warna yang terdapat
pada bendera yang digunakan oleh kerjaan Pagaruyung, dalam adat Minangkabau
bukan hanya sekedar umbul-umbul, tetapi punya arti dan makna tersendiri bagi
masyarakat Minangkabau. Marawa berasal dari kata Marwah yang bararti kehormatan
atau kemuliaan. Manegakkan marawa bararti simbol dari manegakkan kemulian atau
kehormatan bagi yang punya marwah.
Marawa
ini terdiri dari dua macam perpaduan warna:
Pertama, perpaduan empat warna
yaitu; hitam, kuning, merah dan putih, disebut Marawa Kebesaran Adat
Minangkabau.
Kedua, tiga warna yaitu; hitam,
kuning dan merah, disebut Marawa Kebesaran Alam Minangkabau.
Marawa yang popular di tanah Minangkabau adalah tiga warna yang persis sama dengan bendera Jerman. Marawa merupakan lambang atau pencerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo.
Warna Hitam melambangkan Luhak
Limopuluah Koto (aianyo manih, ikannyo banyak dan buminyo tawar).
Warna Kuning, melambangkan Luhak
Tanahdatar (aianyo janiah, ikannyo jinak dan buminya dingin).
Warna Merah melambangkan Luhak Agam
(airnyo karuah, ikannya lia dan buminya hangat).
Apa makna dari warna Marawa.? Setiap warna-warna tersebut mempunyai arti sendiri tidak terkecuali tiangnya, yaitu:
A. Marawa Kebesaran Adat Minangkabau (Empat Warna)
Tiang
melambangkan mambasuik dari bumi.
Hitam
melambangkan tahan tapi serta mempunyai akal dan budi.
Kuning
melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum.
Merah
melambangkan keberanian, punya raso jo pareso
Putih
melambangkan kesucian, punya alua dan patuik.
Tata cara pemakaian:
1. Dipakai atau dipasang
ketika upacara adat kebesaran Ninik Mamak Pemangku Adat (Urang Ampek Jinih atau
Jinih Nan Ampek).
2. Dipakai atau dipasang
ketika pelantikan/pengambilan sumpah Penghulu, Manti, Malin dan Dubalang.
3. Marawa empat warna
dipasang kiri-kanan gerbang tempat acara adat, didampingi marawa yang berwarna
sesuai dengan jabatan yang diangkat (satu warna).
B. Marawa Kebesaran Alam Minangkabau (Tiga Warna)
Tiang
melambangkan mambasuik dari bumi.
Hitam
melambangkan tahan tapo serta mempunyai akal dan budi dengan kebesaran Luhak
Limopuluah. Kalau acara di wilayah adat Luhak Limopuluah, maka marawanya
berwarna hitam sebelah luar. Catatan:
warna daerah Limopuluah Koto adalah biru.
Merah
melambangkan keberanian punya raso jo pareso dengan kebesaran Luhak Agam. Jika
acara di wilayah Luhak Agam maka marawa berwarna merah sebelah luar. Catatan: warna daerah Agam adalah merah
(sirah).
Kuning
melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum dengan kebesaran Luhak
Tanahdata. Jika acara di wilayah Luhak Tanahdata, maka marawanya berwarna
kuning sebelah luar. Catatan: warna
daerah Tanahdata adalah kuning.
Tata cara pemakaian:
1. Dipakai atau dipasang
ketika acara nasional atau acara daerah serta acara keagamaan, seperti;
Peringatan 17 Agustus dan hari nasional lainnya, peringatan hari besar Islam (Idul
fitri, Idul Adha, Isra’ Mi’raj, Maulid nabi, 1 Muharram dan lain sebagainya).
2. Dipakai atau dipasang
ketika pelantikan/pengambilan sumpah pejabat nasional dan daerah atau menyambut
kunjungan para pejabat internasional, nasional dan daerah sewaktu berada di Sumatera
Barat atau Ranah Minang.
3. Marawa tiga warna dipasang
kiri-kanan gerbang tempat upacara pelantikan pejabat di tempat acara tersebut
sedangkan marawa yang mendampinginya adalah marawa berwarna satu, berwarna dua
yang diambil dari warna marawa kebesaran alam Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar