Tepat
pada tanggal 21 Mei 1998 gerakan rakyat yang di pelopori oleh gerakan mahasiwa
mampu menumbangkan Soeharto, yang akhirnya membawa angin segar bagi perubahan
rakyat indonesia, tapi angin segar itu tidak menampakkan perubahan yang
sesunguhnya karna cita-cita reformasi yang seharusnya mampu menciptakan satu
perubahan yang mendasar bagi rakyat tidak lah terjadi. Pada kenyataannya
reformasi kini hanya tinggal sebuah kenangan belaka.
Rezim
politik yang hari ini berkuasa tak berbeda jauh dengan rejim orde baru. Pada
kenyataanya mereka justru lebih mengedepankan kepentingan para pemodal luar
negeri daripada mengambil kebijakan yang mensejahterkan rakyat, padahal sudah
jelas telah diatur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa kemerdekaan
adalah hak bagi setiap warga negara dan negara menjamin kemerdekaan secara
ekonomi.
Justru
hari ini rakyat selalu menjadi korban bagi para elit politik yang berkuasa.
Setiap pengambilan kebijakan yang diambil tidak ada satupun yang berpihak
kepada rakyat.
Sistem
otonomi daerah yang diharapkan mampu menjawab tingkat kebuntuhan ekonomi yang
selama ini di pakai oleh rejim orde baru hanyalah isapan jempol belaka, malah menciptakan
raja-raja kecil di tingkat lokal. Dalam kehidupan nyata, rakyatlah yang harus
jadi korban, tak ada satupun kebijakan yang diambil yang berangkat dari
kebutuhan rakyat.
Penegakan
hak asasi sampai hari ini belum tuntas. Buktinya, tidak ada keseriusan dalam
penegakan hukum di Indonesia, bahkan hari ini para jendaral yang dulunya di
anggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap penculikan aktivis
era 1998 dan Timor Leste, bisa dengan santai melengang ke panggung pemilihan
presiden. Kelompok-kelompok yang dulunya mengklaim diri sebagai reformis pun
kini bergandengan tangan dengan para penguasa Neo Liberal.
Kembalinya
kekuatan militer dalam hal ini cukup membuktikan lemahnya kekuatan sipil dalam
proses dinamika politik di Indonesia, kekuatan militer yang dulu kita tentang
habis-habisan kini kembali dengan wajah baru, gerakan mahasiwa yang dulunya
kita harapkan mampu mendorong proses perubahan kini telah kehilangan arah
geraknya.
Bangkitnya
kembali kekuatan KKN Gaya baru dalam wajah yang lebih humanis dan juga dengan
jorgon-jargon ekonomi kerakyatan ini bisa menjadi tantangan berat bagi gerakan
kiri di Indenesia. Jargon itu menyala mengilusi rakyat.
Hari
ini kita haruslah senantiasa waspada dengan kebangkitan KKN Gaya Baru. Para
kandidat calon presiden yang ada tak ada yang mewakili rakyat. Lihat saja
pengalaman mereka selama ini ketika mereka berkuasa. Paling kasat mata,
Megawati dengan kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003,
dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004, satu paket undang-undang yang lebih pro
kepada pemodal dan menistakan kaum buruh. Rezim Susilo Bambang Yudhoyono
menindas buruh dengan kebijakan Peraturan Bersama 4 Mentrinya (PB 4 Menteri),
dan masih banyak yang lainnya.
Dari
proses dinamika politik di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa hari ini
cita-cita reformasi 1998 telah gagal total dalam usahanya untuk membawa
perubahan fundamental, secara ekonomi maupun politik, kepada rakyat Indonesia.
Reformasi hanya memberikan kebebasan kepada lebih banyak kapitalis dan
agen-agen politik bayaran mereka untuk menindas rakyat. Reformasi gagal bukan
karena salah strategi atau taktik tetapi karena ia berada di dalam kerangka
kapitalisme. Perubahan fundamental tidak akan bisa tercapai di dalam kerangka
kapitalisme; inilah mimpi yang ingin dicapai oleh gerakan reformasi.
Satu
pelajaran yang bisa kita tarik dari proses perjalanan reformasi 98 dengan
konteks pemilu 2009, kita tidak boleh percaya pada segelintir elit politik dan
partai-partai yang hari ini terlibat dalam politik elektoral. Kini sudah
saatnya rakyat bangkit dari keterpurukan dan mengandalkan kekuatan mereka
sendiri. Rakyat butuh organisasi politiknya sendiri dan menanggalkan semua
ilusi di dalam reformisme.
Belajar dari
Venezuela
Hari
ini kita pantas melihat dan belajar dari pengalaman rakyat Venezuela yang mampu
membebaskan diri dari rejim yang otoriter dan mampu mengorganisasi
kekuatan-kekuatan yang memang mampu mewakili kekuatan kelas pekerja, berani
mengambil satu kebijakan yang tidak terikat pada kelompok kapitalisme
international dan mampu mendorong gerakan rakyat pekerja untuk melakukan
nasionalisasi aset di bawah kontrol buruh. Situasi ekonomi politik Indonesia
tidak lah berbeda jauh dari Venezulah, kita sama-sama di tindas oleh rejim
pemodal. Rakyat Venezuela mampu bangkit dari keterpurukan. Kenapa kita tidak
bisa?
Hari
ini adalah momentum yang sangat tepat bagi rakyat Indonesia untuk bangkit.
Krisis ekonomi global telah menunjukkan betapa rapuhnya sistem ekonomi
kapitalisme yang selama ini dianut oleh dunia termasuk Indonesia.
Untuk
itu saya menyerukan kepada rakyat Indonesia agar selalu waspada dengan
kebangkitan KKN Gaya Baru dan bisa merefleksikan sejarah perubahan yang ada di
Indonesia. Kita punya banyak pengalaman kegagalan dan sekarang sudah saatnya
bagi kaum Muda Indonesia untuk bangkit dan mengambil posisi di garda terdepan
dalam kepeloporan perubahan.
Reformasi
sudah gagal. Sosialisme adalah jalan keluar satu-satunya. Sekarang saatnya kita
serukan Revolusi.
Bukan
Reformasi, tetapi Revolusi.!
Tepat pada tanggal 21
Mei 1998 gerakan rakyat yang di pelopori oleh gerakan mahasiwa mampu
menumbangkan Soeharto, yang akhirnya membawa angin segar bagi perubahan
rakyat indonesia, tapi angin segar itu tidak menampakkan perubahan yang
sesunguhnya karna cita-cita reformasi yang seharusnya mampu menciptakan
satu perubahan yang mendasar bagi rakyat tidak lah terjadi. Pada
kenyataannya reformasi kini hanya tinggal sebuah kenangan belaka. Rezim
politik yang hari ini berkuasa tak berbeda jauh dengan rejim orde baru.
Pada kenyataanya mereka justru lebih mengedepankan kepentingan para
pemodal luar negeri daripada mengambil kebijakan yang mensejahterkan
rakyat, padahal sudah jelas telah diatur dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa kemerdekaan adalah hak bagi setiap warga negara dan
negara menjamin kemerdekaan secara ekonomi. Justru hari ini rakyat
selalu menjadi korban bagi para elit politik yang berkuasa. Setiap
pengambilan kebijakan yang diambil tidak ada satupun yang berpihak
kepada rakyat. Sistem otonomi daerah yang diharapkan mampu menjawab
tingkat kebuntuhan ekonomi yang selama ini di pakai oleh rejim orde baru
hanyalah isapan jempol belaka, malah menciptakan raja-raja kecil di
tingkat lokal. Dalam kehidupan nyata, rakyatlah yang harus jadi korban,
tak ada satupun kebijakan yang diambil yang berangkat dari kebutuhan
rakyat. Penegakan hak asasi sampai hari ini belum tuntas. Buktinya,
tidak ada keseriusan dalam penegakan hukum di Indonesia, bahkan hari ini
para jendaral yang dulunya di anggap sebagai orang yang paling
bertanggung jawab terhadap penculikan aktivis era 1998 dan Timor Leste,
bisa dengan santai melengang ke panggung pemilihan presiden.
Kelompok-kelompok yang dulunya mengklaim diri sebagai reformis pun kini
bergandengan tangan dengan para penguasa Neo Liberal. Kembalinya
kekuatan militer dalam hal ini cukup membuktikan lemahnya kekuatan sipil
dalam proses dinamika politik di Indonesia, kekuatan militer yang dulu
kita tentang habis-habisan kini kembali dengan wajah baru, gerakan
mahasiwa yang dulunya kita harapkan mampu mendorong proses perubahan
kini telah kehilangan arah geraknya. Bangkitnya kembali kekuatan KKN
Gaya baru dalam wajah yang lebih humanis dan juga dengan jorgon-jargon
ekonomi kerakyatan ini bisa menjadi tantangan berat bagi gerakan kiri di
Indenesia. Jargon itu menyala mengilusi rakyat. Hari ini kita haruslah
senantiasa waspada dengan kebangkitan KKN Gaya Baru. Para kandidat calon
presiden yang ada tak ada yang mewakili rakyat. Lihat saja pengalaman
mereka selama ini ketika mereka berkuasa. Paling kasat mata, Megawati
dengan kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, dan
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004, satu paket undang-undang yang lebih
pro kepada pemodal dan menistakan kaum buruh. Rezim Susilo Bambang
Yudhoyono menindas buruh dengan kebijakan Peraturan Bersama 4 Mentrinya
(PB 4 Menteri), dan masih banyak yang lainnya. Dari proses dinamika
politik di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa hari ini cita-cita
reformasi 1998 telah gagal total dalam usahanya untuk membawa perubahan
fundamental, secara ekonomi maupun politik, kepada rakyat Indonesia.
Reformasi hanya memberikan kebebasan kepada lebih banyak kapitalis dan
agen-agen politik bayaran mereka untuk menindas rakyat. Reformasi gagal
bukan karena salah strategi atau taktik tetapi karena ia berada di dalam
kerangka kapitalisme. Perubahan fundamental tidak akan bisa tercapai di
dalam kerangka kapitalisme; inilah mimpi yang ingin dicapai oleh
gerakan reformasi. Satu pelajaran yang bisa kita tarik dari proses
perjalanan reformasi 98 dengan konteks pemilu 2009, kita tidak boleh
percaya pada segelintir elit politik dan partai-partai yang hari ini
terlibat dalam politik elektoral. Kini sudah saatnya rakyat bangkit dari
keterpurukan dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Rakyat butuh
organisasi politiknya sendiri dan menanggalkan semua ilusi di dalam
reformisme. Belajar dari Venezuela Hari ini kita pantas melihat dan
belajar dari pengalaman rakyat Venezuela yang mampu membebaskan diri
dari rejim yang otoriter dan mampu mengorganisasi kekuatan-kekuatan yang
memang mampu mewakili kekuatan kelas pekerja, berani mengambil satu
kebijakan yang tidak terikat pada kelompok kapitalisme international dan
mampu mendorong gerakan rakyat pekerja untuk melakukan nasionalisasi
aset di bawah kontrol buruh. Situasi ekonomi politik Indonesia tidak lah
berbeda jauh dari Venezulah, kita sama-sama di tindas oleh rejim
pemodal. Rakyat Venezuela mampu bangkit dari keterpurukan. Kenapa kita
tidak bisa? Hari ini adalah momentum yang sangat tepat bagi rakyat
Indonesia untuk bangkit. Krisis ekonomi global telah menunjukkan betapa
rapuhnya sistem ekonomi kapitalisme yang selama ini dianut oleh dunia
termasuk Indonesia. Untuk itu saya menyerukan kepada rakyat Indonesia
agar selalu waspada dengan kebangkitan KKN Gaya Baru dan bisa
merefleksikan sejarah perubahan yang ada di Indonesia. Kita punya banyak
pengalaman kegagalan dan sekarang sudah saatnya bagi kaum Muda
Indonesia untuk bangkit dan mengambil posisi di garda terdepan dalam
kepeloporan perubahan. Reformasi sudah gagal. Sosialisme adalah jalan
keluar satu-satunya. Sekarang saatnya kita serukan Revolusi. Bukan
Reformasi, tetapi Revolusi.!
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar