karno untuk menyampaikan undangan resmi
dari Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba. Saat itu Jakarta sedang
hangat-hangatnya pembubaran Konstituante dan Soekarno baru saja dengan semangat
mengembalikan sejarah Indonesia ke dalam garis Revolusi. Fidel memperhatikan
gerakan Soekarno ini, dan ia mengirimkan Che ke Jakarta untuk berguru pada
Soekarno sekaligus mengundangnya. Pada satu malam setelah Fidel membaca sebuah
terjemahan tulisan Soekarno dalam bahasa Inggris soal ‘Indonesia Menggugat’ maka
ia merasa apa yang dijadikan dalam tujuan revolusi Indonesia adalah sejalan
dengan Revolusi yang inginkan di Kuba.
Che Guevara, revolusioner Argentina yang dari muda berkelana
dengan motornya mencari arti tentang masyarakat, sebuah pembebasan. Che
berpikir bahwa satu-satunya pembebasan adalah menghilangkan struktur masyarakat
yang menindas. Lalu Che bergabung dengan Fidel membakar revolusinya dan
menggulingkan diktator Fulgencio Batista. Dan akhirnya sejarah membawa Che
bertemu dengan tokoh Revolusi dari Asia : Soekarno.
“Bagi saya, Che.. bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak
boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporakporandakan, dari
situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang
modern, terhormat dan memanusiakan manusia” kata Soekarno saat usai makan malam
dengan Ernesto Che Guevara. Lalu Che memberi cerutu Kuba pada Soekarno yang
mengajak Che bicara di teras Istana Negara. “Kamu lihat Che, bangunan ini
adalah bangunan Belanda, kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik
pada jamannya, di timur Jakarta ada kota bernama Bandung indahnya luar biasa,
lalu ada juga bernama Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik
jaringan dagang Hindia Belanda sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka
sudah membangun permodalan dari abad demi abad, mereka sudah membangun
benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah
hanya menjadi kuli.. kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad
lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya,
dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri. Menjadi
demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami, kami bisa
membangun budaya kami, kami bisa menguasai diri kami sendiri. Lalu dengan rasa
terhormat itu : Ekonomi kami, Kebudayaan Kami dan Pandangan-pandangan politik
kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”.. kata Soekarno sambil
menghirup cerutu.
“Jadi apa yang Tuan Sukarno lakukan untuk itu.?” kata Che dengan
pandangan berapi-api. Ia seakan melihat sang tokoh revolusi sedang menjelaskan konsep
sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada
pembebasannya.
“Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu
sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di
abad-abad lampau. Pergerakan eksploitasi bukan lagi pada pendudukan-pendudukan
koloni, tapi pada pergerakan arus modal. Arus modal inilah yang kemudian
menjadi alat penindas antara pemilik modal dan tidak pemilik modal.
Negara-negara baru jelas tidak punya modal, mereka belum ada waktu akumulasi
modal, mereka baru memulai. Tapi setidak-tidaknya, Che yang kami pelajari bahwa
untuk berjuang dalam situasi apapun, maka kuncinya cuma satu : persatuan.. persatuan..
p ersatuan. Kami menang karena bersatu, andai seluruh negara-negara baru
bersatu, maka penindasan modal itu menjadi medan pertarungan yang seimbang.
Untuk itulah aku inginkan Indonesia menjadi lokomotif atas persatuan dari
negara-negara baru, negara-negara yang baru saja melepaskan diri dari belenggu
penjajahnya. Setelah persatuan, Che.. maka modal itu dialihkan pada
kesejahteraan umum, pada bangunan-bangunan yang berguna untuk rakyat, bangun
sekolah-sekolah. Dengan kekayaan yang ada kami bisa membangun jutaan unit
sekolah untuk anak-anak kami, itulah awal dari revolusi kami” kata Soekarno
dengan nada bangga. Ia melihat di depannya adalah anak muda yang berhasil
mengalahkan sejarah kapitalisme, dan ia bangga..
“Tuan Soekarno, sudikah tuan datang memenuhi undangan pemimpin
kami, Fidel Castro.?” kata Che dengan tersenyum. Soekarno menjawab sembari
memamerkan gingsulnya yang terkenal itu bila tertawa ‘Saya bersedia anak muda”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar