Kiri, adalah jika orang berdiri
menghadap ke Timur maka di sebelah kirinya adalah utara. Suka atau tidak suka.
Dan di sebelah kanannya adalah selatan, juga suka atau tidak suka. Di Amerika,
yang disebut kiri atau left berarti “The individuals and group who advocate the
adoption of sometimes extreme messure in order to achieve the equality, freedom,
and well-being of the citizens of a state”. (Perorangan atau kelompok yang
membenarkan dipakainya sewaktu-waktu tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan berarti
juga “The opinion of those advocating such messures as opposed to conservative
opinion”. Jadi ringkasnya “kiri” itu kebalikan dari “konservatif”.
Dahulu ketika kita dijajah, kaum
kolonial Belanda mengonotasikan bahwa seseorang yang berpeci itu adalah “kiri”
alias penentang pemerintah kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya,
sebab Alimin tokoh PKI yang memberontak tahun 1926 memakai peci, Soekarno yang
dirikan PNI di tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif terhadap pemerintah
kolonial Belanda, juga memakai peci.
Terjadilah suatu peristiwa di
Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut AMS (Algemeene Midelbare
School) di Jogja. Seorang murid sekolah itu memasuki kelas memakai peci di
kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang Belanda itu menghardik: “Der af of
deruit”. Artinya: “tanggalkan atau keluar”. Sudah tentu yang dimaksud adalah
peci di kepala si murid. Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar
kelas. Murid itu bernama Moh. Yamin.
Sekitar 80 tahun yang lalu, Sarekat
Islam dengan pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dalam suatu kongresnya
melahirkan keputusan: “Berjuang melawan kapitalisme yang zalim”, dan Haji Oemar
Said Tjokroaminoto… memakai peci alias kopiah. Maka di mata Belanda kolonial,
berpeci berarti kiri.
Dari kenyataan tersebut di atas,
terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak yang tidak betah pada keadaan yang
berlangsung dan menghendaki perubahan untuk menjadi lebih baik. “Kehendak untuk
menjadi lebih baik”, setiap orang bernalar sehat tidak akan mempersalahkannya.
Dan manakala si kiri itu naik ke
pentas kekuasaan, manakala dia tidak melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa
dengan sungguh mengupayakan perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari yang
sudah dicapai, maka ia akan terperosok menjadi “kanan” dan kekananannya itu
akan melahirkan “kiri” baru yang lebih baik, lebih arif, dan lebih santun dari
yang sebelumnya.
Jika ada yang berpikir, bahwa “kiri”
dan “kanan” itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan, sungguh mengherankan.
“Kiri” dalam arti yang menghendaki perubahan untuk menjadi lebih baik, adalah
progresif. Sedangkan “kanan” yang menolak perubahan itu dan menghendaki tetap
pada keadaan yang berlaku dan berlangsung, dengan segala perangkat legalnya
sekalipun, akan menjadi “konservatif”, dan lambat laun ditinggalkan oleh
kesadaran yang dari hari ke hari senantiasa bertambah maju.
Akan halnya orang yang merasa bisa
mempersatukan “kiri” dan “kanan” apalagi dengan gagah-gagahan, sungguh patut dikasihani
(“kasiaaan deh lu…,” kata ABG zaman sekarang). Sebab yang akan terjadi, kiri
dan kanan melangkah bersama, begitu juga tangan kiri dan tangan kanan
dua-duanya melonjor ke depan. Jalannya melompat-lompat. Itulah “pocong”
namanya.
Yang terjadi sejak ribuan tahun
ialah “kanan” digantikan oleh “kiri” dan pada waktu si “kiri” yang menggantikan
itu terpeleset menjadi “kanan”, lahirlah “kiri” yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi,
perbedaannya ialah yang dominan dan yang belum dominan. Itulah proses kelangsungan.
Tanpa itu, Monarki absolut tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu,
piringan hitam tak akan digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh kepingan
VCD, lalu maju lagi ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan digantikan oleh kapal
bermesin. Dari yang menuju kematian, lahirlah kehidupan. Itulah adat dunia,
siapapun tak kuasa menyanggahnya.
Nyatanya, keberadaan “kiri”
bermanfaat untuk kehidupan kita, sebab “kiri” menghendaki yang lebih baik
daripada yang sedang berlangsung.
Kiri, jalan teruuuuuuuus..!
Kiri, adalah jika orang
berdiri menghadap ke Timur maka di sebelah kirinya adalah utara. Suka
atau tidak suka. Dan di sebelah kanannya adalah selatan, juga suka atau
tidak suka. Di Amerika, yang disebut kiri atau left berarti “The
individuals and group who advocate the adoption of sometimes extreme
messure in order to achieve the equality, fre...edom, and well-being of
the citizens of a state”. (Perorangan atau kelompok yang membenarkan
dipakainya sewaktu-waktu tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan
berarti juga “The opinion of those advocating such messures as opposed
to conservative opinion”. Jadi ringkasnya “kiri” itu kebalikan dari
“konservatif”. Dahulu ketika kita dijajah, kaum kolonial Belanda
mengonotasikan bahwa seseorang yang berpeci itu adalah “kiri” alias
penentang pemerintah kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya,
sebab Alimin tokoh PKI yang memberontak tahun 1926 memakai peci,
Soekarno yang dirikan PNI di tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif
terhadap pemerintah kolonial Belanda, juga memakai peci. Terjadilah
suatu peristiwa di Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut
AMS (Algemeene Midelbare School) di Jogja. Seorang murid sekolah itu
memasuki kelas memakai peci di kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang
Belanda itu menghardik: “Der af of deruit”. Artinya: “tanggalkan atau
keluar”. Sudah tentu yang dimaksud adalah peci di kepala si murid.
Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar kelas. Murid itu
bernama Moh. Yamin. Sekitar 80 tahun yang lalu, Sarekat Islam dengan
pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dalam suatu kongresnya
melahirkan keputusan: “Berjuang melawan kapitalisme yang zalim”, dan
Haji Oemar Said Tjokroaminoto… memakai peci alias kopiah. Maka di mata
Belanda kolonial, berpeci berarti kiri. Dari kenyataan tersebut di atas,
terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak yang tidak betah pada
keadaan yang berlangsung dan menghendaki perubahan untuk menjadi lebih
baik. “Kehendak untuk menjadi lebih baik”, setiap orang bernalar sehat
tidak akan mempersalahkannya. Dan manakala si kiri itu naik ke pentas
kekuasaan, manakala dia tidak melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa
dengan sungguh mengupayakan perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari
yang sudah dicapai, maka ia akan terperosok menjadi “kanan” dan
kekananannya itu akan melahirkan “kiri” baru yang lebih baik, lebih
arif, dan lebih santun dari yang sebelumnya. Jika ada yang berpikir,
bahwa “kiri” dan “kanan” itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan,
sungguh mengherankan. “Kiri” dalam arti yang menghendaki perubahan untuk
menjadi lebih baik, adalah progresif. Sedangkan “kanan” yang menolak
perubahan itu dan menghendaki tetap pada keadaan yang berlaku dan
berlangsung, dengan segala perangkat legalnya sekalipun, akan menjadi
“konservatif”, dan lambat laun ditinggalkan oleh kesadaran yang dari
hari ke hari senantiasa bertambah maju. Akan halnya orang yang merasa
bisa mempersatukan “kiri” dan “kanan” apalagi dengan gagah-gagahan,
sungguh patut dikasihani (“kasiaaan deh lu…,” kata ABG zaman sekarang).
Sebab yang akan terjadi, kiri dan kanan melangkah bersama, begitu juga
tangan kiri dan tangan kanan dua-duanya melonjor ke depan. Jalannya
melompat-lompat. Itulah “pocong” namanya. Yang terjadi sejak ribuan
tahun ialah “kanan” digantikan oleh “kiri” dan pada waktu si “kiri” yang
menggantikan itu terpeleset menjadi “kanan”, lahirlah “kiri” yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi, perbedaannya ialah yang dominan dan yang
belum dominan. Itulah proses kelangsungan. Tanpa itu, Monarki absolut
tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu, piringan hitam tak akan
digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh kepingan VCD, lalu maju lagi
ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan digantikan oleh kapal bermesin.
Dari yang menuju kematian, lahirlah kehidupan. Itulah adat dunia,
siapapun tak kuasa menyanggahnya. Nyatanya, keberadaan “kiri” bermanfaat
untuk kehidupan kita, sebab “kiri” menghendaki yang lebih baik daripada
yang sedang berlangsung. Kiri, jalan teruuuuuuuus..!
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Kiri, adalah jika orang
berdiri menghadap ke Timur maka di sebelah kirinya adalah utara. Suka
atau tidak suka. Dan di sebelah kanannya adalah selatan, juga suka atau
tidak suka. Di Amerika, yang disebut kiri atau left berarti “The
individuals and group who advocate the adoption of sometimes extreme
messure in order to achieve the equality, fre...edom, and well-being of
the citizens of a state”. (Perorangan atau kelompok yang membenarkan
dipakainya sewaktu-waktu tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan
berarti juga “The opinion of those advocating such messures as opposed
to conservative opinion”. Jadi ringkasnya “kiri” itu kebalikan dari
“konservatif”. Dahulu ketika kita dijajah, kaum kolonial Belanda
mengonotasikan bahwa seseorang yang berpeci itu adalah “kiri” alias
penentang pemerintah kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya,
sebab Alimin tokoh PKI yang memberontak tahun 1926 memakai peci,
Soekarno yang dirikan PNI di tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif
terhadap pemerintah kolonial Belanda, juga memakai peci. Terjadilah
suatu peristiwa di Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut
AMS (Algemeene Midelbare School) di Jogja. Seorang murid sekolah itu
memasuki kelas memakai peci di kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang
Belanda itu menghardik: “Der af of deruit”. Artinya: “tanggalkan atau
keluar”. Sudah tentu yang dimaksud adalah peci di kepala si murid.
Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar kelas. Murid itu
bernama Moh. Yamin. Sekitar 80 tahun yang lalu, Sarekat Islam dengan
pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dalam suatu kongresnya
melahirkan keputusan: “Berjuang melawan kapitalisme yang zalim”, dan
Haji Oemar Said Tjokroaminoto… memakai peci alias kopiah. Maka di mata
Belanda kolonial, berpeci berarti kiri. Dari kenyataan tersebut di atas,
terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak yang tidak betah pada
keadaan yang berlangsung dan menghendaki perubahan untuk menjadi lebih
baik. “Kehendak untuk menjadi lebih baik”, setiap orang bernalar sehat
tidak akan mempersalahkannya. Dan manakala si kiri itu naik ke pentas
kekuasaan, manakala dia tidak melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa
dengan sungguh mengupayakan perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari
yang sudah dicapai, maka ia akan terperosok menjadi “kanan” dan
kekananannya itu akan melahirkan “kiri” baru yang lebih baik, lebih
arif, dan lebih santun dari yang sebelumnya. Jika ada yang berpikir,
bahwa “kiri” dan “kanan” itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan,
sungguh mengherankan. “Kiri” dalam arti yang menghendaki perubahan untuk
menjadi lebih baik, adalah progresif. Sedangkan “kanan” yang menolak
perubahan itu dan menghendaki tetap pada keadaan yang berlaku dan
berlangsung, dengan segala perangkat legalnya sekalipun, akan menjadi
“konservatif”, dan lambat laun ditinggalkan oleh kesadaran yang dari
hari ke hari senantiasa bertambah maju. Akan halnya orang yang merasa
bisa mempersatukan “kiri” dan “kanan” apalagi dengan gagah-gagahan,
sungguh patut dikasihani (“kasiaaan deh lu…,” kata ABG zaman sekarang).
Sebab yang akan terjadi, kiri dan kanan melangkah bersama, begitu juga
tangan kiri dan tangan kanan dua-duanya melonjor ke depan. Jalannya
melompat-lompat. Itulah “pocong” namanya. Yang terjadi sejak ribuan
tahun ialah “kanan” digantikan oleh “kiri” dan pada waktu si “kiri” yang
menggantikan itu terpeleset menjadi “kanan”, lahirlah “kiri” yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi, perbedaannya ialah yang dominan dan yang
belum dominan. Itulah proses kelangsungan. Tanpa itu, Monarki absolut
tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu, piringan hitam tak akan
digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh kepingan VCD, lalu maju lagi
ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan digantikan oleh kapal bermesin.
Dari yang menuju kematian, lahirlah kehidupan. Itulah adat dunia,
siapapun tak kuasa menyanggahnya. Nyatanya, keberadaan “kiri” bermanfaat
untuk kehidupan kita, sebab “kiri” menghendaki yang lebih baik daripada
yang sedang berlangsung. Kiri, jalan teruuuuuuuus..!
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Kiri, adalah jika orang
berdiri menghadap ke Timur maka di sebelah kirinya adalah utara. Suka
atau tidak suka. Dan di sebelah kanannya adalah selatan, juga suka atau
tidak suka. Di Amerika, yang disebut kiri atau left berarti “The
individuals and group who advocate the adoption of sometimes extreme
messure in order to achieve the equality, fre...edom, and well-being of
the citizens of a state”. (Perorangan atau kelompok yang membenarkan
dipakainya sewaktu-waktu tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan
berarti juga “The opinion of those advocating such messures as opposed
to conservative opinion”. Jadi ringkasnya “kiri” itu kebalikan dari
“konservatif”. Dahulu ketika kita dijajah, kaum kolonial Belanda
mengonotasikan bahwa seseorang yang berpeci itu adalah “kiri” alias
penentang pemerintah kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya,
sebab Alimin tokoh PKI yang memberontak tahun 1926 memakai peci,
Soekarno yang dirikan PNI di tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif
terhadap pemerintah kolonial Belanda, juga memakai peci. Terjadilah
suatu peristiwa di Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut
AMS (Algemeene Midelbare School) di Jogja. Seorang murid sekolah itu
memasuki kelas memakai peci di kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang
Belanda itu menghardik: “Der af of deruit”. Artinya: “tanggalkan atau
keluar”. Sudah tentu yang dimaksud adalah peci di kepala si murid.
Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar kelas. Murid itu
bernama Moh. Yamin. Sekitar 80 tahun yang lalu, Sarekat Islam dengan
pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dalam suatu kongresnya
melahirkan keputusan: “Berjuang melawan kapitalisme yang zalim”, dan
Haji Oemar Said Tjokroaminoto… memakai peci alias kopiah. Maka di mata
Belanda kolonial, berpeci berarti kiri. Dari kenyataan tersebut di atas,
terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak yang tidak betah pada
keadaan yang berlangsung dan menghendaki perubahan untuk menjadi lebih
baik. “Kehendak untuk menjadi lebih baik”, setiap orang bernalar sehat
tidak akan mempersalahkannya. Dan manakala si kiri itu naik ke pentas
kekuasaan, manakala dia tidak melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa
dengan sungguh mengupayakan perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari
yang sudah dicapai, maka ia akan terperosok menjadi “kanan” dan
kekananannya itu akan melahirkan “kiri” baru yang lebih baik, lebih
arif, dan lebih santun dari yang sebelumnya. Jika ada yang berpikir,
bahwa “kiri” dan “kanan” itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan,
sungguh mengherankan. “Kiri” dalam arti yang menghendaki perubahan untuk
menjadi lebih baik, adalah progresif. Sedangkan “kanan” yang menolak
perubahan itu dan menghendaki tetap pada keadaan yang berlaku dan
berlangsung, dengan segala perangkat legalnya sekalipun, akan menjadi
“konservatif”, dan lambat laun ditinggalkan oleh kesadaran yang dari
hari ke hari senantiasa bertambah maju. Akan halnya orang yang merasa
bisa mempersatukan “kiri” dan “kanan” apalagi dengan gagah-gagahan,
sungguh patut dikasihani (“kasiaaan deh lu…,” kata ABG zaman sekarang).
Sebab yang akan terjadi, kiri dan kanan melangkah bersama, begitu juga
tangan kiri dan tangan kanan dua-duanya melonjor ke depan. Jalannya
melompat-lompat. Itulah “pocong” namanya. Yang terjadi sejak ribuan
tahun ialah “kanan” digantikan oleh “kiri” dan pada waktu si “kiri” yang
menggantikan itu terpeleset menjadi “kanan”, lahirlah “kiri” yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi, perbedaannya ialah yang dominan dan yang
belum dominan. Itulah proses kelangsungan. Tanpa itu, Monarki absolut
tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu, piringan hitam tak akan
digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh kepingan VCD, lalu maju lagi
ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan digantikan oleh kapal bermesin.
Dari yang menuju kematian, lahirlah kehidupan. Itulah adat dunia,
siapapun tak kuasa menyanggahnya. Nyatanya, keberadaan “kiri” bermanfaat
untuk kehidupan kita, sebab “kiri” menghendaki yang lebih baik daripada
yang sedang berlangsung. Kiri, jalan teruuuuuuuus..!
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Kiri, adalah jika orang
berdiri menghadap ke Timur maka di sebelah kirinya adalah utara. Suka
atau tidak suka. Dan di sebelah kanannya adalah selatan, juga suka atau
tidak suka. Di Amerika, yang disebut kiri atau left berarti “The
individuals and group who advocate the adoption of sometimes extreme
messure in order to achieve the equality, fre...edom, and well-being of
the citizens of a state”. (Perorangan atau kelompok yang membenarkan
dipakainya sewaktu-waktu tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan
berarti juga “The opinion of those advocating such messures as opposed
to conservative opinion”. Jadi ringkasnya “kiri” itu kebalikan dari
“konservatif”. Dahulu ketika kita dijajah, kaum kolonial Belanda
mengonotasikan bahwa seseorang yang berpeci itu adalah “kiri” alias
penentang pemerintah kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya,
sebab Alimin tokoh PKI yang memberontak tahun 1926 memakai peci,
Soekarno yang dirikan PNI di tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif
terhadap pemerintah kolonial Belanda, juga memakai peci. Terjadilah
suatu peristiwa di Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut
AMS (Algemeene Midelbare School) di Jogja. Seorang murid sekolah itu
memasuki kelas memakai peci di kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang
Belanda itu menghardik: “Der af of deruit”. Artinya: “tanggalkan atau
keluar”. Sudah tentu yang dimaksud adalah peci di kepala si murid.
Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar kelas. Murid itu
bernama Moh. Yamin. Sekitar 80 tahun yang lalu, Sarekat Islam dengan
pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dalam suatu kongresnya
melahirkan keputusan: “Berjuang melawan kapitalisme yang zalim”, dan
Haji Oemar Said Tjokroaminoto… memakai peci alias kopiah. Maka di mata
Belanda kolonial, berpeci berarti kiri. Dari kenyataan tersebut di atas,
terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak yang tidak betah pada
keadaan yang berlangsung dan menghendaki perubahan untuk menjadi lebih
baik. “Kehendak untuk menjadi lebih baik”, setiap orang bernalar sehat
tidak akan mempersalahkannya. Dan manakala si kiri itu naik ke pentas
kekuasaan, manakala dia tidak melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa
dengan sungguh mengupayakan perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari
yang sudah dicapai, maka ia akan terperosok menjadi “kanan” dan
kekananannya itu akan melahirkan “kiri” baru yang lebih baik, lebih
arif, dan lebih santun dari yang sebelumnya. Jika ada yang berpikir,
bahwa “kiri” dan “kanan” itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan,
sungguh mengherankan. “Kiri” dalam arti yang menghendaki perubahan untuk
menjadi lebih baik, adalah progresif. Sedangkan “kanan” yang menolak
perubahan itu dan menghendaki tetap pada keadaan yang berlaku dan
berlangsung, dengan segala perangkat legalnya sekalipun, akan menjadi
“konservatif”, dan lambat laun ditinggalkan oleh kesadaran yang dari
hari ke hari senantiasa bertambah maju. Akan halnya orang yang merasa
bisa mempersatukan “kiri” dan “kanan” apalagi dengan gagah-gagahan,
sungguh patut dikasihani (“kasiaaan deh lu…,” kata ABG zaman sekarang).
Sebab yang akan terjadi, kiri dan kanan melangkah bersama, begitu juga
tangan kiri dan tangan kanan dua-duanya melonjor ke depan. Jalannya
melompat-lompat. Itulah “pocong” namanya. Yang terjadi sejak ribuan
tahun ialah “kanan” digantikan oleh “kiri” dan pada waktu si “kiri” yang
menggantikan itu terpeleset menjadi “kanan”, lahirlah “kiri” yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi, perbedaannya ialah yang dominan dan yang
belum dominan. Itulah proses kelangsungan. Tanpa itu, Monarki absolut
tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu, piringan hitam tak akan
digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh kepingan VCD, lalu maju lagi
ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan digantikan oleh kapal bermesin.
Dari yang menuju kematian, lahirlah kehidupan. Itulah adat dunia,
siapapun tak kuasa menyanggahnya. Nyatanya, keberadaan “kiri” bermanfaat
untuk kehidupan kita, sebab “kiri” menghendaki yang lebih baik daripada
yang sedang berlangsung. Kiri, jalan teruuuuuuuus..!
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar