Senin, 07 November 2016

Tidak Ada Dusta Di Antara Kita

Ketika gw dikirim dan ditanya perihal video di medsos soal Pendeta Timotius Arifin Tedjasukmana (dengan kesaksian Ibu Yully) yg mengarahkan jemaatnya kaum kristiani untuk memilih Ahok sebagai Gubernur DKI pada Pilkada 2017 nanti (bahkan terus berlanjut sampai ke kursi RI 1 pada tahun 2019), gw bilang itu hal yg lumrah dan alami.. dan itu bukanlah masalah SARA. Artinya saat itu Pdt. Timotius dan Jemaatnya yg memilih Ahok pada saat Pilkada nanti adalah menyakini menjadi pemeluk Kristiani yg taat dan baik.

Karena memilih Ahok yg seiman dengan mereka adalah hal yg bisa difahami baik secara psikologis apalagi secara agamis.

Kalo Made, Wayan, atau Nyoman memilih I Made Mangku Pastika sebagai Gubernur mereka itu menandakan bahwa mereka adalah pemeluk agama Hindu yg baik. Itu naluri alamiah dan bukan SARA.

Bagi Warga Indonesia yg tinggal di Belanda, pasti akan tetap menjagokan TimNas Indonesia yg bertanding di Amsterdam Arena melawan TimNas Belanda, meskipun sadar kemampuan TimNas kita jauh dibawah kemampuan TimNas Belanda. Itu karena sentimen kebangsaan. Meskipun TimNas Indonesia kalah, mereka tetap dihormati. Itulah kekuatan fanatisme yg berlatar belakang pada rasa kebangsaan. Apalagi kalo sudah menyangkut masalah sepersaudaraan atau sekeyakinan, ikatan fanatisme itu pasti akan jauh lebih kuat lagi.

Karena itu tidak mengherankan bahwa survey menyebutkan tidak ada kaum kristiani atau Yahudi yg memilih pemimpin di luar agama yang mereka anut (ketika ada calon pemimpin Kristen yg ikut pemilihan). Memilih pemimpin yg seiman dengan mereka bukan hanya menyangkut masalah naluri dasar kejiwaan saja, tetapi juga merupakan implementasi dari ajaran kristinani yg ganjarannya adalah pahala dari Tuhan mereka. Karena dengan memilih pemimpin yg seiman, itu artinya ikut andil dalam menyalakan sinar Terang Yesus di Bumi Nusantara ini. Karena itu Pdt Timotius Arifin dan Jemaatnya menyakini menjadi penganut Kristiani yg baik dan pintar.

Sekarang bagaimana dengan sikap Umat Islam di dalam memilih pemimpin.?
Apakah sebagai pemeluk agama Islam yg baik dan taat.?

Apakah Umat Islam adalah umat yg pandai dan cerdas dalam merealisasikan ajaran agama Islam.?

Gw gak ingin memakai referensi Surat Al Maidah ayat (51) di dalam menentukan pilihan pemimpin, karena ayat tersebut ternyata tiba2 saja sudah masuk ke ranah khilafiyah. Gw lebih suka mengutip Surat Al Hujuroot 49 ayat (10) dan Hadits Nabi Muhammad SAW dalam panduan memilih pemimpin.

Allãh SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.." (QS. 49 : 10)

Dalam permisalan yg indah, Nabi Muhammad SAW menggambarkan ikatan persaudaraan itu sebagai suatu bangunan yg kokoh seperti sabda beliau:
“Permisalan kaum mukminin dalam sikap saling mencintai, dan saling kasih sayang mereka sebagaimana satu badan. Apabila satu anggota badan sakit, seluruh anggota badan ikut merasakan, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim)

Terlihat dengan jelas bagi Umat Islam bahwa sesungguhnya Allãh SWT telah mempersatukan Umat Islam dalam satu ikatan yg berlandaskan atas keimanan dan persaudaraan.

Jadi.. tidak usah terlalu "heboh" yg terus menghina bodoh.. menuduh SARA.. memaki anti demokrasi.. mencap tidak menghargai kemajemukan.. dsb terhadap pemuka agama dan umatnya yg akan memilih orang yg seiman.

Ayuuk beribadah dan berpedoman hidup sesuai kenyakinan dan agama kita masing2.. Saling menghormati.. dan TIDAK ADA DUSTA DI ANTARA KITA sesama anak negeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar