Jumat, 11 September 2015

MARAWA - Warna Kebesaran Di Minangkabau


“bandah urang nan ambo bandah kan. parayieh sawah nan di rawang. supayo elok rancah nyo luluak. kabah urang nan ambo kabah kan. jikok ado nan salah jo kurang. dek nan tau tolong di tukuak”
 
Penggunaan bendera bagi setiap negara memiliki arti tersendiri. Namun demikian banyak warna bendera dari beberapa negara memiliki warna yang sama, padahal kita tahu bendera merupakan simbol sebuah negara. Sebut saja bendera Indonesia dengan kerjaan Monaco memiliki warna merah dan putih yang sama. Bendera yang banyak memiliki kemiripan adalah bendera Prancis. Beberapa negara memiliki warna bendera yang sama dengannya adalah Guadeloupe, Mayotte, Reunion, Wallis and Futuna Islands, France Metropolitan dan French Guiana.

Bukan saja negara, banyak organisasi, suku, dan kelompok lain di dalam masyarakat menggunakan bendera sebagai simbol identitasnya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah kemiripan bendera negara Jerman dan bendera suku Minangkabau Sumatera Barat).

Walaupun susunan warna aslinya berbeda secara horizontal (jerman dari atas ke bawah) dan vertikal (Pagaruyung dari kiri ke kanan), namun kadang penggunaannya dibuat secara horizontal dan vertikal. Apakah ada hubunganya warna bendera pagaruyung atau suku Minangkabau dengan bendera negara Jerman ? Belum ada penelitian ilmiah tentang ini. Namun yang pasti masing-masing memiliki arti tersendiri.

Sebelum 1815, tidak ada negara yang disebut Jerman yang kita kenal sekarang. Yang ada adalah Kekaisaran Romawi Suci. Bendera yang digunakan negara Jerman ini berasal dari the Imperial coat of arms of the Holy Roman Empire. Terdiri dari tiga pita horizontal yang sama berwana hitam (atas), merah (tengah), dan emas atau kuning (bawah).

Menurut tradisi kuno simbolisme warna pada bendera Jerman mengandung arti :
Kuning adalah simbol kedermawanan.
Merah adalah tahan banting, keberanian atau kekuatan dan keberanian.
Hitam adalah kebulatan tekad, ketetapan hati atau kepastian.

Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pasti, dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.

Dari manuskrip yang dipahat kembali oleh Adityawarman pada bagian belakang Arca Amoghapasa disebutkan pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura, Adityawarman merupakan putra dari Adwayawarman seperti yang terpahat pada Prasasti Kuburajo dan anak dari Dara Jingga, putri dari kerajaan Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Pada masa pemerintahannya kemungkinan Adityawarman memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau.


Ketiga warna yang terdapat pada bendera yang digunakan oleh kerjaan Pagaruyung, dalam adat Minangkabau bukan hanya sekedar umbul-umbul, tetapi punya arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau. Marawa berasal dari kata Marwah yang bararti kehormatan atau kemuliaan. Manegakkan marawa bararti simbol dari manegakkan kemulian atau kehormatan bagi yang punya marwah.

Marawa ini terdiri dari dua macam perpaduan warna:
Pertama, perpaduan empat warna yaitu; hitam, kuning, merah dan putih, disebut Marawa Kebesaran Adat Minangkabau.
Kedua, tiga warna yaitu; hitam, kuning dan merah, disebut Marawa Kebesaran Alam Minangkabau.

Marawa yang popular di tanah Minangkabau adalah tiga warna yang persis sama dengan bendera Jerman. Marawa merupakan lambang atau pencerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo.
Warna Hitam melambangkan Luhak Limopuluah Koto (aianyo manih, ikannyo banyak dan buminyo tawar).
Warna Kuning, melambangkan Luhak Tanahdatar (aianyo janiah, ikannyo jinak dan buminya dingin).
Warna Merah melambangkan Luhak Agam (airnyo karuah, ikannya lia dan buminya hangat).

Apa makna dari warna Marawa.? Setiap warna-warna tersebut mempunyai arti sendiri tidak terkecuali tiangnya, yaitu:

A. Marawa Kebesaran Adat Minangkabau (Empat Warna)

Tiang melambangkan mambasuik dari bumi.
Hitam melambangkan tahan tapi serta mempunyai akal dan budi.
Kuning melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum.
Merah melambangkan keberanian, punya raso jo pareso
Putih melambangkan kesucian, punya alua dan patuik.

Tata cara pemakaian:
1.    Dipakai atau dipasang ketika upacara adat kebesaran Ninik Mamak Pemangku Adat (Urang Ampek Jinih atau Jinih Nan Ampek).
2.    Dipakai atau dipasang ketika pelantikan/pengambilan sumpah Penghulu, Manti, Malin dan Dubalang.
3.    Marawa empat warna dipasang kiri-kanan gerbang tempat acara adat, didampingi marawa yang berwarna sesuai dengan jabatan yang diangkat (satu warna).

B. Marawa Kebesaran Alam Minangkabau (Tiga Warna)

Tiang melambangkan mambasuik dari bumi.
Hitam melambangkan tahan tapo serta mempunyai akal dan budi dengan kebesaran Luhak Limopuluah. Kalau acara di wilayah adat Luhak Limopuluah, maka marawanya berwarna hitam sebelah luar. Catatan: warna daerah Limopuluah Koto adalah biru.
Merah melambangkan keberanian punya raso jo pareso dengan kebesaran Luhak Agam. Jika acara di wilayah Luhak Agam maka marawa berwarna merah sebelah luar. Catatan: warna daerah Agam adalah merah (sirah).
Kuning melambangkan keagungan, punya undang-undang dan hukum dengan kebesaran Luhak Tanahdata. Jika acara di wilayah Luhak Tanahdata, maka marawanya berwarna kuning sebelah luar. Catatan: warna daerah Tanahdata adalah kuning.

Tata cara pemakaian:
1.    Dipakai atau dipasang ketika acara nasional atau acara daerah serta acara keagamaan, seperti; Peringatan 17 Agustus dan hari nasional lainnya, peringatan hari besar Islam (Idul fitri, Idul Adha, Isra’ Mi’raj, Maulid nabi, 1 Muharram dan lain sebagainya).
2.    Dipakai atau dipasang ketika pelantikan/pengambilan sumpah pejabat nasional dan daerah atau menyambut kunjungan para pejabat internasional, nasional dan daerah sewaktu berada di Sumatera Barat atau Ranah Minang.
3.    Marawa tiga warna dipasang kiri-kanan gerbang tempat upacara pelantikan pejabat di tempat acara tersebut sedangkan marawa yang mendampinginya adalah marawa berwarna satu, berwarna dua yang diambil dari warna marawa kebesaran alam Minangkabau.

Sumber: Wikipedia.org, palantaminang.wordpress.com, flags-flags-lags.org.uk, flagspot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar