Tragedi rusuh agama di Aceh Singkil faktor picunya adalah tentang pendirian rumah ibadah (gereja) di wilayah mayoritas.umat yg lain akidah. Itu gak semata2 ranah kebebasan beragama. tapi ketika muncul (dibangun), dia jadi punya efek sosial pada sekitarnya..
Kegusaran
umat Islam di Aceh Singkil adalah ketika melihat banyaknya gereja sedangkan
mayoritas warganya memeluk agama Islam. Aturan pembangunan rumah ibadah yg
dibuat oleh pemerintah dalam SKB 2 Menteri saat ini udah baik, namun,
pelaksanaan di lapangan haruslah juga dipantau.
Hal ini
karena pembangunan rumah ibadah adalah hal sensitif dan bisa jadi pemicu
konflik antar warga. Meski fungsi rumah ibadah sebagai tempat untuk melakukan
kebebasan beragamanya, tetapi ada efek sosial pada lingkungan sekitar yaa harus
dipikirkan.
Kalau
berada di kalangan mayoritas tertentu, maka pemeluk agama lain harus tahu diri.
Umat Islam harus tahu diri di Papua. makanya di Tolikara tidak usah banyak
masjid karena mayoritas Kristen. Begitu juga di mayoritas muslim seperti di
Aceh Singkil, jangan banyak gereja..
so.. ini
harusnya jadi introspeksi untuk setiap umat beragama di Indonesia. Hendaknya
jujur (gak ada dusta diantara kita) menerapkan toleransi dan tahu diri saat
menjadi kaum minoritas di wilayah tertentu.
Jangan
menggonggong dan menggigit, lalu ketika ditimpuk lantas teriak2 histeris..
pelanggaran HAM.. pelanggaran HAM.. pelanggaaran HAM.!
parah..!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar