Kamis, 01 Oktober 2015

Nahi Munkarnya Rasulullah

Nahi munkar dan amar ma’ruf, banyak dari umat Islam yg menjalankan perintah ini justru merusak citra ajaran Islam. Berikut ini adalah Penjelasan Tentang Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar yg benar menurut ajaran Rasulullah.

Imam al-Ghazali Ra. mengatakan bahwa ada 3 sifat yg harus diterapkan dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Tanpa 3 sifat ini, amar ma’ruf nahi munkasulit terwujud. Ketiga sifat itu ialah:

1. Ilmu: Yaitu hendaknya para da’i memiliki ilmu (mengetahui) tentang apa yg dia ajak kepadanya atau larang darinya. Bisa jadi ia mengajak kepada sesuatu yg disangka baik padahal itu buruk, atau melarang sesuatu yg sepatutnya tidak ia larang. Hal ini tidak layak terjadi. Oleh karena itu hendaknya ilmu lebih diutamakan daripada amal, termasuk dalam amar ma’ruf nahi munkar.

2. Wara’: Yaitu hendaknya berdakwah itu bukan ditujukan untuk mencari kedudukan atau kehormatan, menunjukkan kekuatan jasmani dan ruhani, atau yg lainnya. Sifat wara’ yaitu kita beramal hanya karena Allah Swt.

3. Akhlak Mulia: Ini merupakan kunci dari ketiga sifat ini. Tanpa akhlak mulia, amar ma’ruf nahi munkar tidak akan berkesan, sekalipun da’i adalah seorang yg berilmu dan wara’. Salah satu bentuk akhlak mulia ialah bersabar. Bersabar merupakan sifat yg sangat penting dikala amar ma’ruf nahi munkar dibalas dengan celaan dan cacian.

Terdapat sebuah ungkapan dari Ibnu Taimiyah dalam hal bersabar ketika beramar ma’ruf nahi munkar. Beliau mengatakan: “Jika kamu tidak bersabar, kamu akan mendapatkan 2 hal:
1.     Kemungkinan kamu akan berhenti dalam mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemunkaran, hal seperti ini sudah banyak terjadi.
2.    Pelaku kemunkaran melakukan kemunkaran yg lebih buruk lagi daripada kemunkaran yg pernah kamu cegah. Na’udzu billah.

Mengenai hal ini, terdapat sebuah hadist Nabi Muhammad Saw ketika suatu saat beliau menyaksikan ada seorang badui yg tidak tahu apa-apa memasuki Masjid Nabi lalu kencing di salah satu bagian masjid.

Para sahabat yg juga mengetahuinya marah dan ingin segera melemparkannya keluar dari masjid. Namun tidak demikian sikap Rasulullah, beliau bersabda kepada para sahabat: “Jangan, janganlah engkau menghentikan kencingnya.”

Lalu Rasulullah membiarkan badui tadi menyelesaikan kencingnya sedangkan para sahabat masih menahan marah. Setelah usai menunaikan hajatnya, Rasulullah menghampiri badui tadi. Rasulullah bersabda dengan penuh kelembutan: “Wahai orang badui, sesungguhnya masjid ini rumah Allah dan bangunan untuk beribadah dan berdzikir, ia tidak dibangun untuk perkara ini (menunaikan hajat).”

Melihat kelembutan Rasulullah, si badui tadi lantas berdoa: “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati orang-orang yg bersama kami (para sahabat).”

Rasulullah kemudian bersabda: “Jangan kamu mempersempit rahmat Allah yg luas itu.” Rasulullah lalu memerintahkan para sahabat mengambil seember air untuk mengguyur air kencing tersebut. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk membuat kemudahan, dan tidak diutus untuk membuat kesulitan.” (HR. al-Bukhari-Muslim, Ahmad dan yg lainnya).

Begitulah contoh pelaksanaan nahi munkar yg proporsional, Rasulullah tidak marah kepada orang yg tidak mengerti apa kesalahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar