Nahi munkar dan amar
ma’ruf, banyak
dari umat Islam yg menjalankan perintah ini justru merusak citra
ajaran Islam. Berikut ini adalah Penjelasan Tentang Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar yg benar menurut
ajaran Rasulullah.
Imam al-Ghazali Ra. mengatakan bahwa ada 3 sifat yg
harus diterapkan dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Tanpa 3 sifat
ini, amar ma’ruf nahi munkar sulit terwujud.
Ketiga sifat itu ialah:
1. Ilmu: Yaitu hendaknya para da’i memiliki ilmu
(mengetahui) tentang apa yg dia ajak kepadanya atau larang darinya. Bisa jadi ia
mengajak kepada sesuatu yg disangka baik padahal itu buruk, atau melarang
sesuatu yg sepatutnya tidak ia larang. Hal ini tidak layak terjadi. Oleh karena
itu hendaknya ilmu lebih diutamakan daripada amal, termasuk dalam amar ma’ruf nahi munkar.
2. Wara’: Yaitu hendaknya berdakwah itu bukan
ditujukan untuk mencari kedudukan atau kehormatan, menunjukkan kekuatan jasmani dan ruhani,
atau yg lainnya. Sifat wara’ yaitu kita beramal hanya karena Allah Swt.
3. Akhlak Mulia: Ini merupakan kunci dari ketiga
sifat ini. Tanpa
akhlak mulia, amar ma’ruf nahi munkar tidak akan berkesan, sekalipun da’i
adalah seorang yg berilmu dan wara’. Salah satu bentuk akhlak mulia ialah
bersabar. Bersabar merupakan sifat yg sangat penting dikala amar ma’ruf nahi
munkar dibalas dengan celaan dan cacian.
Terdapat sebuah ungkapan dari Ibnu Taimiyah dalam
hal bersabar ketika beramar ma’ruf nahi munkar. Beliau
mengatakan: “Jika kamu tidak bersabar, kamu akan mendapatkan 2 hal:
1. Kemungkinan kamu akan berhenti dalam mengajak kepada kebaikan dan
melarang dari kemunkaran, hal
seperti ini sudah banyak terjadi.
2. Pelaku kemunkaran melakukan kemunkaran yg lebih buruk lagi daripada
kemunkaran yg pernah kamu cegah. Na’udzu billah.
Mengenai
hal ini, terdapat sebuah hadist Nabi Muhammad Saw ketika suatu saat beliau
menyaksikan ada seorang badui yg tidak tahu apa-apa memasuki Masjid Nabi lalu kencing di
salah satu bagian masjid.
Para sahabat yg juga mengetahuinya marah dan
ingin segera melemparkannya keluar dari masjid. Namun tidak demikian sikap
Rasulullah, beliau bersabda kepada para sahabat: “Jangan, janganlah engkau
menghentikan kencingnya.”
Lalu Rasulullah membiarkan badui tadi menyelesaikan
kencingnya sedangkan para sahabat masih menahan marah. Setelah usai
menunaikan hajatnya, Rasulullah menghampiri badui tadi. Rasulullah bersabda
dengan penuh kelembutan: “Wahai orang badui, sesungguhnya masjid ini
rumah Allah dan
bangunan untuk beribadah dan berdzikir, ia tidak dibangun untuk perkara ini
(menunaikan hajat).”
Melihat kelembutan Rasulullah, si badui tadi lantas
berdoa: “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau
rahmati orang-orang yg bersama kami (para sahabat).”
Rasulullah
kemudian bersabda: “Jangan kamu mempersempit rahmat Allah yg luas itu.” Rasulullah lalu memerintahkan para sahabat
mengambil seember air untuk mengguyur air kencing tersebut. Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk membuat kemudahan, dan tidak diutus
untuk membuat kesulitan.” (HR.
al-Bukhari-Muslim, Ahmad dan yg lainnya).
Begitulah
contoh pelaksanaan nahi munkar yg
proporsional, Rasulullah tidak marah kepada orang yg tidak mengerti apa
kesalahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar