Oleh : Dr. Al
Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab Lc. MA. DPMSS.
Assalaamu
'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...
Bismillaah Wal
Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...
Imam Habib
Abdullah bin Alwi Al-Haddad rhm (wafat : 1.132 H) dalam kitab "Tatsbiitul
Fu-aad" membahas tuntas tentang sikap Kaum Roofidhoh (-Jamaknya :
Rowaafidh-) yang selalu melecehkan Shahabat Nabi SAW dengan "dalih"
membela Ahli Bait Nabi SAW, dan Kaum Naashibah (-Jamaknya: Nawaashib-) yang
sering melecehkan Ahli Bait Nabi SAW dengan "dalih" membela Shahabat
Nabi SAW.
Dan dalam juz 2
halaman 227 kitab tersebut, Imam Al-Haddad rhm menyatakan tentang Roofidhoh dan
Naashibah :
" ﺓﺮﻌﺑ ﺔﻣﻮﺴﻘﻣ ﻦﻴﻔﺼﻧ "
"Kotoran
Unta yang dibelah dua."
"Roofidhoh"
dan "Nawaashib" adalah musuh bebuyutan, sepanjang sejarah tidak
pernah akur, bagaikan air dan minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu sama
lainnya saling mengkafirkan, bahkan hingga kini kedua belah pihak saling
bernafsu untuk memerangi dan membunuh pihak lainnya.
Lihat saja
"Konflik Berdarah" di Iraq dan Syria saat ini, yang telah menjadi
"Tragedi Kemanusiaan" yang sangat memilukan dan menyayat hati muslim
mana pun yang menyintai "Wihdah Islaamiyyah".
Bagi Roofidhoh
bahwa Nawaashib lebih berbahaya daripada Yahudi mau pun Nashrani. Dan bagi
Nawaashib justru Roofidhoh lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan
Nashrani.
Baik Roofidhoh
mau pun Nawaashib sama-sama anti Dialog dan Anti Toleransi Antar Madzhab Islam.
Mereka selalu menolak bahkan merusak semua upaya pemersatuan umat Islam
sepanjang zaman.
Mereka lebih suka
perang sesama muslim daripada perang melawan Zionis dan Salibis Internasional. Mereka lebih suka
membunuh sesama muslim daripada memerdekakan Palestina dan Masjid Al-Aqsha dari
cengkeraman Israel.
Innaa Lillaahi wa
Innaa ilaihi Rooji'uun ...
SYIAH dan
ROOFIDHOH
Memang tidak
semua Syiah adalah Roofidhoh, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan
Syi'ah bersikap Roofidhoh.
Harus kita akui
bahwa di kalangan Ulama Syiah tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang
penghinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW untuk menjaga dan membangun Ukhuwwah
Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Syiah tersebut tenggelam dalam
fanatisme Awam Syiah yang cenderung bersikap Roofidhoh.
Fanatisme Awam
Syiah tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab
Syi'ah dan berbagai pernyataan Ulama mereka sendiri yang menghina Shahabat Nabi
SAW sekaliber Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA. Bahkan isteri Nabi
SAW seperti Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA pun tak luput dari
penghinaan mereka.
Salah satunya,
lihat saja kitab "Al-Anwaar An-Nu'maaniyyah" karya Syeikh
Ni'matullaah Al-Jazaa-iriy yang isinya dipenuhi dengan hinaan terhadap para
Shahabat Nabi SAW.
Bahkan dia
mengkafirkan Nawaashib, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan
Sayyiduna Ali RA di atas semua Shahabat sebagai Nawaashib yang Kafir.
Dalam kitab
tersebut juz 2 halaman 307 disebutkan :
ﺭﺎﻔﻛ ﻢﻬﻧﺇ ﺱﺎﺠﻧﺃ ﻉﺎﻤﺟﺈﺑ ﺀﺎﻤﻠﻋ ﺔﻴﻣﺎﻣﻹﺍ ﺔﻌﻴﺸﻟﺍ ، ﻢﻬﻧﺇﻭ ﻦﻣ ﺮﺷ ﺩﻮﻬﻴﻟﺍ ﻯﺭﺎﺼﻨﻟﺍﻭ ، ﻦﻣ ﻥﺇﻭ ﺕﺎﻣﻼﻋ ﻲﺒﺻﺎﻨﻟﺍ ﻢﻳﺪﻘﺗ ﺮﻴﻏ ﻲﻠﻋ ﻪﻴﻠﻋ ﻲﻓ ﺔﻣﺎﻣﻹﺍ ."
"Sesungguhnya
mereka (-Nawaashib-) adalah Kafir dan Najis dengan Ijma' Ulama Syiah Imamiyyah.
Dan sesungguhnya mereka lebih jahat daripada Yahudi dan Nashrani. Dan
sesungguhnya daripada tanda-tanda seorang Naashibah adalah mendahulukan selain
Ali di atasnya dalam Imamah."
Di Indonesia,
sejumlah Tokoh Syiah secara terang-terangan menghina para Shahabat dan Isteri
Nabi SAW, seperti :
1. Jalaluddin
Rahmat dalam buku "Shahabat dalam Timbangan Al-Qur'an, Sunnah dan Ilmu
Pengetahuan" hal. 7, dan catatan kaki buku "Meraih Cinta ilahi"
hal. 404 - 405 dan 493, serta buku "Manusia Pilihan yang disucikan"
hal. 164 - 166.
2. Emilia Renita
AZ dalam buku "40 Masalah Syiah" hal.83.
3. Haidar Barong
dalam buku "Umar dalam Perbincangan" di hampir semua bab.
Selain itu, masih
ada lagi IJABI (Ikatan Jama'ah Ahlul Bait Indonesia) yang dinakhodai oleh
Jalaluddin Rahmat cs yang sering melecehkan Shahabat Nabi SAW dalam aneka
seminar dan pertemuan. Bahkan sering melecehkan Islam dengan membela aneka
Aliran Sesat seperti Ahmadiyah, sehingga patut disebut sebagai "Syiah
Liberal".
Syiah Roofidhoh
memang secara demonstratif dan konfrontatif serta provokatif menunjukkan
kebenciannya kepada Shahabat Nabi SAW, khususnya Sayyiduna Abu Bakar RA dan
Sayyiduna Umar RA, beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah Aisyah RA dan
Sayyidah Hafshoh RA, Saking bencinya kepada Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna
Umar RA, kalangan Roofidhoh membuat "Doa Dua Berhala" yang isinya
melaknat habis kedua Shahabat Mulia Nabi SAW tersebut.
Bahkan mereka
haramkan siapa pun dari kalangan mereka diberi nama Abu Bakar atau Umar, atau
nama putri keduanya yaitu Aisyah atau Hafshoh.
Karenanya, Aswaja
sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya "Syiah Roofidhoh" adalah
firqoh yang sesat menyesatkan.
Apalagi
"Syiah Ghulat" yang menabikan atau menuhankan Sayyiduna Ali RA, dan
menganggap para Imam mereka sebagai Utusan atau Titisan Tuhan, serta memvonis
Al-Qur'an kurang dan tidak asli lagi, maka Aswaja sepakat bahwa Syiah Ghulat
adalah Kafir dan Murtad, bukan lagi termasuk Islam.
Ada pun
"Syiah Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka bukan Ghulat dan bukan
Roofidhoh.
Mereka adalah
saudara muslim yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul,
diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
RIWAYAT HADITS
SYIAH
Jadi, jangan ada
sikap gebrah uyah dengan "penggeneralisiran" semua Syiah pasti Ghulat
dan pasti Roofidhoh, sehingga semuanya pasti Kafir dan Murtad atau Sesat. Sikap
seperti itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat
"Perawi Syiah", tapi bukan dari kalangan Ghulat yang Kafir, sehingga
jika "mereka" dikafirkan juga, maka berarti ada "Perawi
Kafir" dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja
lainnya.
Itu sangat
berbahaya, karena bisa menjadi "Bumerang" yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja . Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh
tentang Ilmu "Jarh wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang
pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya
riwayat Syiah dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam
periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta
jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan buka
pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat Syi'ah" dalam kitab
"Mizaanul I'tidaal" juz 1 hal.29 No.2 pada ulasan "Perawi
Syiah" bernama "Abaan bin Taghlib" , dan juz 1 hal.53 No.86 pada
ulasan "Perawi Syiah" yang bermama "Ibrahim bin Al-Hakam".
Semua pernyataan
Imam Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat Syiah" dinukilkan juga oleh
Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Lisaanul Miizaan" juz
1 hal.103 -104.
Atau cari dan
baca saja langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti :
Ibrahim bin Yazid, Salim bin Abil Ja'di, Al-Hakam bin 'Utaibah, Salamah bin
Kuhail, Zubaid bin Al-Harits, Sulaiman bin Mihran, Ismail bin Zakaria, Khalid
bin Makhlad, Sulaiman bin Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom. Mereka semua adalah
Syiah, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti
bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil),
serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
WAHABI dan
NAASHIBAH
Memang tidak
semua Wahabi adalah Naashibah, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan
Wahabi bersikap Naashibah.
Memang di
kalangan Ulama Wahabi tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang
penghinaan terhadap para Ahli Bait Nabi SAW dalam bentuk apa pun, untuk menjaga
dan membangun Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Wahabi
tersebut juga tenggelam dalam fanatisme Awam Wahabi yang cenderung bersikap
Naashibah.
Fanatisme Awam
Wahabi tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab
Wahabi dan berbagai pernyataan Ulama panutan mereka sendiri yang menghina Ahli
Bait Nabi SAW sekaliber Sayyiduna Ali RA dan isterinya Sayyidah Fathimah RA
serta kedua putranya Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA.
Salah satunya,
lihat saja kitab "Minhaajus Sunnah" karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang
panutan dan rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan
terhadap Ahli Bait Nabi SAW.
Dalam kitab
tersebut, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA tidak
manfaat buat umat Islam. Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti orang
munafiq. Serta Sayyidina Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta
berperang hanya untuk dunia dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya
untuk Islam tidak seberapa.
Ada pun Sayyiduna
Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak berilmu, serta
tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna Al-Husein RA hanya
masalah kecil, lagi pula dia salah karena melawan Khalifah Yazid yang benar.
Dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu,
Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab "Ad-Durorul Kaaminah"
juz 1 hal.181 - 182 saat mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan :
" ﻦﻣ ﻢﻬﻨﻣﻭ ﻪﺒﺴﻨﻳ ﻰﻟﺇ ﻕﺎﻔﻨﻟﺍ ﻪﻟﻮﻘﻟ ﻲﻓ ﻲﻠﻋ ﺎﻣ ﻡﺪﻘﺗ ."
"Dan di
antara mereka (-para Ulama-) ada yang menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-) kepada
Nifaq, karena ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan."
Dan dalam kitab
"Lisaanul Miizaan", Sang Begawan Hadits ini menyimpulkan :
" ﻦﻣ ﻢﻛ ﻦﻴﻫﻮﺘﻟ ﺔﻐﻟﺎﺒﻣ ﻡﻼﻛ ﻲﻀﻓﺍﺮﻟﺍ ﻪﺗﺩﺃ ﺎﻧﺎﻴﺣﺃ ﻰﻟﺇ ﺺﻴﻘﻨﺗ ﻲﻠﻋ ."
"Berapa
banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Roofidhoh
terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali."
Sikap berlebihan
Ibnu Taimiyyah pada akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun 726 H hingga
wafat di tahun 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun memenjarakannya di salah
satu menara Benteng Damascus di Syria berdasarkan Fatwa Qodhi Empat Madzhab
Aswaja, yaitu :
1. Mufti Hanafi
Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki
Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi'i
Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali
Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syeikhul
Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab "Fataawaa As-Subki"
juz 2 halaman 210 menegaskan :
" ﺲﺒﺣﻭ ﻉﺎﻤﺣﺈﺑ ﺀﺎﻤﻠﻌﻟﺍ ﺓﻻﻭﻭ ﺭﻮﻣﻷﺍ ".
"Dia (Ibnu
Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma' Ulama dan Umara."
Namun, akhirnya
Syeikh Ibnu Taimiyyah rhm bertaubat di akhir umurnya dari sikap berlebihan,
khususnya sikap "Takfiir", sebagaimana diceritakan oleh Imam
Adz-Dzahabi rhm dalam kitab "Siyar A'laamin Nubalaa" juz 11 Nomor
2.898 pada pembahasan tentang Imam Abul Hasan Al-Asy'ari rhm.
Sayangnya Wahabi
saat ini banyak yang tetap berpegang kepada sikap berlebihan Ibnu Taimiyah yang
justru sebenarnya sudah diinsyafinya. Bahkan banyak kalangan Wahabi saat ini
yang bersikap "Khawaarij" yang cenderung "Takfiirii" yaitu
suka mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
Di Indonesia,
sejumlah Tokoh Wahabi secara terang-terangan menyatakan bahwa Madzhab Asy'ari
adalah bukan Aswaja, bahkan Firqoh sesat menyesatkan, antara lain :
1. Yazid Abdul
Qadir Jawaz dalam buku "Mulia dengan Manhaj Salaf" bab 13 hal. 519 -
521.
2. Abdul Hakim
bin Amir Abdat dalam buku "Risalah Bid'ah" bab 19 hal. 295 dan buku
"Lau Kaana Khairan lasabaquunaa ilaihi" bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad
Jaiz dalam buku "Bila Kyai Dipertuhankan" hal.165 - 166.
Selain mereka,
masih ada Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan Kyai NU melalui lebih dari
sepuluh buku karangannya secara eksplisit menyesatkan aneka amaliyah NU yang
bermadzhab Asy'ari Syafi'i.
Karenanya, Aswaja
pun sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya Khawaarij mau pun Naashibah
adalah firqoh yang sesat menyesatkan. Jadi, Wahabi yang berpaham Khawaarij dan
bersikap Nawaashib juga merupakan firqoh yang sesat menyesatkan.
Ada pun
"Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka bukan Khawaarij
Takfiirii dan bukan juga Nawaashib. Mereka adalah saudara muslim yang wajib
dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan ditonjok,
dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Apalagi mereka
masih berpegang kepada sumber hadits yang sama dengan Aswaja, seperti
Muwaththo' Malik dan Musnad Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu : Shahih Bukhari,
Shahih Muslim, Jami' At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan
Ibni Maajah, dan kitab-kitab Hadits Aswaja lainnya.
RIWAYAT
NAWAASHIB
Jadi, jangan ada
sikap gebrah uyah dengan "penggeneralisiran" semua Wahabi pasti
Khawaarij Takfiirii atau pasti Nawaashib, sehingga semuanya pasti sesat
menyesatkan, apalagi sampai mengkafirkan mereka. Sikap seperti itu sangat
gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat
"Perawi Khawaarij" dan "Perawi Nawaashib", sehingga jika
"mereka" dikafirkan, maka berarti ada "Perawi Kafir" dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga sangat
berbahaya, karena juga bisa menjadi "Bumerang" yang menyerang balik
dan menghancurkan Aswaja.
Itu tidak dilakukan
kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu "Jarh wat Ta'diil" atau
oleh "penyusup" yang pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya merusak
Aswaja.
Justru adanya
riwayat Khawaarij dan Nawaashib dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa
Aswaja dalam periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan
amanat, serta jauh jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan baca
kitab "Al-'Itab Al-Jamiil 'alaa Ahlil Jarhi wat Ta'diil" karya
As-Sayyid Muhammad bin Aqil bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan bin Ali
As-Saqqoof seorang Ahli Hadits dari Yordania dan ada juga dengan tahqiq DR.Alwi
bin Hamid Syihab seorang Dosen Hadits di Universitas Hadromaut - Yaman.
Atau cari dan
baca saja langsung dalam kitab- kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti : Umar
bin Sa'ad, Zuhair bin Mu'awiyah, Ibrahim bin Ya'qub, Ishaq bin Suwaid, Tsaur
bin Yazid, Hariiz bin Utsman, Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah, Ziyad
bin Jubair dan Ziyad bin 'Alaaqoh. Mereka semua adalah Nawaashib para pembenci
Ahli Bait Nabi SAW, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits
Aswaja.
Selain itu, masih
ada "Perawi Khawaarij" dari berbagai sektenya seperti Ibaadhiyyah,
Azaariqoh, Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara lain : Jaabir bin Zaid, Juray
bin Kulaib, Syabats bin Rib'i dan 'Imraan bin Hiththoon. Dan ada juga
"Perawi Murji-ah" yaitu Khalid bin Salamah dan "Perawi
Qadariyyah" yaitu Tsaur bin Zaid. Mereka semua adalah Non Aswaja, tapi
ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti
bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adill),
serta Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
SYAIR IMAM
SYAFI'I
Imam Syafi'i RA
dalam "Diiwaan" nya pada halaman 20, menyusun beberapa Bait Syair
untuk menyindir Roofidhoh yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu Bakar
RA sebagai Nawaashib, dan sekaligus juga menyindir Nawaashib yang selalu
menuduh para pecinta Ahli Bait Nabi SAW sebagai Syiah Roofidhoh.
Berikut syairnya
:
ﺍﺫﺇ ﻦﺤﻧ ﺎﻨﻠﻀﻓ ﺎﻴﻠﻋ ﺎﻨﻧﺈﻓ
ﺾﻓﺍﻭﺭ ﻞﻴﻀﻔﺘﻟﺎﺑ ﺪﻨﻋ ﻱﺫ ﻞﻬﺠﻟﺍ
ﻞﻀﻓﻭ ﻲﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﺍﺫﺇ ﺎﻣ ﻪﺗﺮﻛﺫ
ﺖﻴﻣﺭ ﺐﺼﻨﺑ ﺪﻨﻋ ﻱﺮﻛﺫ ﻞﻀﻔﻠﻟ
ﻼﻓ ﺖﻟﺯ ﺍﺫ ﺾﻓﺭ ﺐﺼﻧﻭ ﺎﻤﻫﻼﻛ
ﺎﻤﻬﻴﺒﺤﺑ ﻰﺘﺣ ﺃﻭﺳّﺪ ﻞﻣﺮﻟﺎﺑ
Jika kami
memuliakan Ali maka sesungguhnya kami ..
Menurut orang
bodoh adalah Rowaafidh lantaran memuliakannya.
Dan jika aku
menyebut keutamaan Abu Bakar ...
Maka aku dituduh
Naashibah lantaran memuliakannya.
Maka aku akan
tetap selalu menjadi Roofidhoh dan Naashibah sekaligus ...
Dengan menyintai
keduanya hingga aku berbantalkan pasir (mati).
ASWAJA
Ahlus Sunnah wal
Jama'ah yang disingkat "Aswaja" adalah bukan Syiah dan bukan juga
Wahabi, serta bukan Roofidhoh dan bukan juga Nawaashib.
Imam Ibnu Hajar
Al-Haitami rhm (w : 973 H) dalam kitab "Az-Zawaajir 'an Iqtiroofil
Kabaa-ir" halaman 82 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut :
" ﺩﺍﺮﻤﻟﺍ ﺔﻨﺴﻟﺎﺑ ﺎﻣ ﻪﻴﻠﻋ ﺎﻣﺎﻣﺇ ﻞﻫﺃ ﺔﻨﺴﻟﺍ ﺔﻋﺎﻤﺠﻟﺍﻭ ﺦﻴﺸﻟﺍ ﻮﺑﺃ ﻦﺴﺤﻟﺍ ﻱﺮﻌﺷﻷﺍ ﻭ ﻮﺑﺃ ﺭﻮﺼﻨﻣ ﻱﺪﻳﺮﺗﺎﻤﻟﺍ ."
"Yang
dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaa'ah yaitu Syeikh Abul Hasan Al-Asy'ari san Abu Manshur
Al-Maaturiidii."
Dan Imam
Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm (wafat : 1.205 H) dalam kitab "Ittihaafus
Saadah Al-Muttaqiin" juz 2 hal. 6 menyatakan :
" ﺍﺫﺇ ﻖﻠﻃﺃ ﻞﻫﺃ ﺔﻨﺴﻟﺍ ﺔﻋﺎﻤﺠﻟﺍﻭ ﺩﺍﺮﻤﻟﺎﻓ ﻢﻬﺑ ﺓﺮﻋﺎﺷﻷﺍ ﺔﻳﺪﻳﺮﺗﺎﻤﻟﺍﻭ ."
"Jika
disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah secara mutlaq, maka yang dimaksud adalah Kaum
Asy'ari dan Kaum Maaturiidii."
Hampir semua
Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Hanafi mengikuti Madzhab Aqidah Maaturiidi,
karena Imam Abu Manshur Al-Maaturiidii rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Abu
Hanifah rhm dalam Madzhab Aqidah Maaturiidiyyah yang dibangunnya.
Dan hampir semua
Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Maliki dan Syafi'i, serta sebagian Ulama dan
Fuqoha Madzhab Fiqih Hanbali mengikuti Madzhab Aqidah Asy'ari, karena Imam Abul
Hasan Al-Asy'ari rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Malik, Syafi'i dan Ahmad,
rohimahumullaah, dalam Madzhab Aqidah Asy'ariyyah yang dibangunnya.
Sebagian Ulama
Hanbali mengklaim sebagai pengikut Madzhab Aqidah Ahli Hadits dan Atsar yang
"dinisbahkan" kepada Imam Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja
yang paling asli dan sejati.
Kini, pengikut
aliran ini banyak mendapat "label" sesuai aneka sebab kaitannya,
antara lain :
1. Atsari :
Karena mengklaim sebagai pengikut Ahli Atsar.
2. Salafi :
Karena mengklaim sebagai Madzhab paling Salaf.
3. Wahabi :
Karena menjadikan Pemikiran Tauhid Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab sebagai
rujukan utama.
4. Khawaarij :
Karena sering menyalahkan semua umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka.
5. Takfiirii :
Karena sering mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan
mereka.
6. Nawaashib :
Karena sering merendahkan Ahli Bait Nabi SAW dengan "dalih" bela
Shahabat Nabi SAW, bahkan paling suka berteriak mengkafirkan dan memusyrikkan
Ibu dan Ayah Nabi SAW.
7. Musyabbih :
Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan Makhluq.
8. Mujassim :
Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT dalam
bentuk jasad Makhluq.
KESIMPULAN
Syiah dan Wahabi
bukan "Agama", tapi "Firqoh", sehingga tidak tepat istilah "Agama
Syiah" dan "Agama Wahabi", bahkan istilah tersebut terlalu
"Lebay".
"Syiah
Roofidhoh" dan "Wahabi Nawaashib" adalah Firqoh sesat
menyesatkam yang sangat berbahaya, sehingga wajib diwaspadai oleh segenap
Aswaja, dan harus dibendung penyebarannya, serta mesti dilawan penistaannya
terhadap Ahlul Bait mau pun Shahabat Nabi SAW.
Sedang
"Syiah Moderat" dan "Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis,
mereka adalah saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja
adalah Madzhab Pecinta Ahlul Bait dan Shahabat Nabi SAW serta Para Salaf yang
Sholihin.
Dan Aswaja adalah
Madzhab yang selalu terbuka untuk Peradaban Dialog yang berbasis Ilmu dan
Akhlaq, dalam membangun Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab mau
pun Firqoh.
Aswaja adalah
Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan I'tidaal (Adil), serta Tawassuth
(Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
Alhamdulillaah,
Aswaja adalah "Firqoh Naajiyah" yang berjalan di atas jalan
Rasulullah SAW dan Ahlil Baitnya serta Para Shahabatnya.
Alhamdulillaahi
Robbil 'Aalamiin ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar