Tumbangnya
Sorharto di Mei 1998 gak ujuk2 suatu peristiwa yg berdiri sendiri.. ada
urutannya dari penyusunan konsep pelita repelita di awal orba, sampai masuknya
ekonomi syariah (bank muamalaf).. Itu suatu keadaan ekonomi kawasan yg di dalam
negeri jadi "perang" antara ekonom2 mazhab neoliberal dengan syariah
(kerakyatan-nasionalism religius) yg berada di sekitar soeharto.. Mereka saling
berebut pengaruh ke soeharto. Untuk lengkapnya, silahkan kawan2 baca buku
"Soeharto Menjaring matahari" tulisan DR. Zaim Saidi.
Disini gw
coba tuk ingatkan kembali memori kita tentang sebuah peristiwa yg mengawali
kehancuran Soeharto dalam peristiwa MALARI (malapetaka limabelas januari) jilid
2
Prof.
Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau
Currency Board System (CBS) dari Amerika bilang kalo Amrik Serikat dan IMF-lah
yg ciptakan krisis untuk dorong kejatuhan Soeharto. Ini juga dibuktikan dari
pengakuan direktur pelaksana IMF si bangsat michael camdessus sendiri. Sebelum
pensiun dari IMF, di wawancaranya dengan The New York Times, mengakui IMF
berada di balik krisis ekonomi yg melanda Indonesia. "Kami menciptakan
kondisi krisis yg memaksa Presiden Soeharto turun," ujarnya. ternyata
bukan hanya karena sikut-sikutan di kalangan militer dan ekonom, atau tekanan
politik dalam negeri, juga gerakan mahasiswa, melainkan lebih karna tekanan
pasar keuangan internasional (kawasan asia timur-tenggara) dan IMF.
Ironis..
akhirnya Soeharto terpaksa menandatangani "letter of intent" dengan
IMF di Cendana, pada 15 Januari 1998. Bak tuan besar, camdessus menyaksikan
momen penandatanganan itu sambil menyilangkan kedua lengan di dada. Bos IMF itu
terlihat pongah seperti tampak pada foto yg banyak dimuat di media nasional dan
internasional keesokan harinya. Sejarah mencatat peristiwa itu sebagai
"Soeharto tunduk pada IMF, salah satu pilar kapitalisme global". juga
sebagai MALARI ke-2.. malapetaka lima belas januari.. eit dach.. selanjutnya..
beberapa minggu kemudian, tanda tangan itu terbukti membelenggu Soeharto
sendiri.. yg awalnya berusaha tuk coba lepas dari tekanan IMF, Presiden mencari
"jalan lain" yg tidak disukai lembaga donor internasional itu.
Pada
akhir Januari 1998, Presiden Soeharto menerima Steve Hanke yg menawarkan
proposal CBS. Dengan CBS, rupiah akan dipatok pada 5.500/dolar. Soeharto
tertarik dan hampir memberlakukan CBS. Sudah disiapkan perpu tentang CBS. Dalam
risalah rapat Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan yg dipimpin
Soeharto tanggal 10 Februari 1998, salah satu butir keputusan rapat adalah
instruksi Presiden kepada Menkeu Mar`ie Muhammad (mantan aktifis HMI), Gubernur
BI Soedradjad Djiwandono (seorang ekonom katolik - iparnya Prabowo), Untuk
"menyiapkan segala sesuatu yg diperlukan dalam pemberlakuan "currency
board." itu.
IMF
ngancam dach.. anggap rencana itu merupakan gangguan terhadap konsistensi
reformasi dengan segudang paket2 kebijakan ekonomi ala IMF (Lol) yg disodorkan
ke Soeharto. Apalagi koran The Washington Post mengabarkan bocornya surat
pribadi Michel Camdessus kepada Soeharto tertanggal 11 Februari 1998 yg berisi
ancaman bahwa IMF akan menangguhkan pinjaman sebesar 43 miliar dolar AS jika
gak ada kejelasan mengenai masa depan reformasi sesuai LoI yg telah diteken 15
Januari itu. Akibat juga tekanan ekonom2 neolib dalam negeri, maka ancaman
tersebut manjur. CBS akhirnya dibatalkan menyusul tekanan Barat (melalui IMF)
yg makin keras.. sialan..
Menurut
Steve Hanke, serangan keji terhadap gagasan CBS dan dirinya sebagai penasehat
ekonomi presiden dilancarkan begitu biadab. Rencana pelaksanaan CBS Indonesia
ditentang habis-habisan. Tetapi Argentina, yg juga “pasien” IMF, dibolehkan.
Begitu pula kontrol devisa, yg digelar begitu mulus di Chili, ternyata
diharamkan di Indonesia. Padahal, kata Steve Hanke, kalo aja Indonesia waktu
itu diizinkan memakai CBS atau (bahkan) kontrol devisa, maka "perekonomian
Indonesia mungkin dipastikan bisa selamat." Terus2an Hanke ingatkan
Soeharto agar gak mempercayai IMF, karna IMF sangat khawatir CBS bakal sukses
diterapkan di Indonesia. "Washington punya kepentingan agar krisis
berlangsung terus sehingga Anda jatuh" kata Hanke ke Soeharto.. parah..
Seiring
dengan berjalannya waktu, Hanke kemudian dapat jawaban lebih jelas mengapa
idenya tentang CBS dibantai habis2an, padahal di negara lain bisa jalan dengan
baik. Merton Miller, seorang penerima Hadiah Nobel untuk Ilmu Ekonomi, bilang
bahwa penolakan pemerintah Clinton dan IMF terhadap CBS "bukan karena itu
gak akan jalan tapi justru kalau itu jalan maka Soeharto akan terus berkuasa".
Pendapat sama juga dibilang oleh mantan PM Australia Paul Keating: "AS
tampak dengan sengaja gunakan ambruknya ekonomi sebagai alat tuk menggusur
Soeharto". Memang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar, mengapa
IMF ingin menjatuhkan Soeharto. So jelas, menurut para ekonom kerakyatan bahwa
masuknya IMF (yg kemudian saat ini diikutin juga musuh ecek2 plus mitra IMF
yaitu Chinna) ke Indonesia seperti membawa kunci pembuka bagi gudang harta
terpendam, yakni SDA Indonesia yg melimpah dan pasar Indonesia yg luar biasa
dahsyat. Ini terbukti setelah IMF menjadi "dokter" perekonomian
Indonesia, perusahaan asing begitu leluasa berbisnis di negeri ini. di setiap
pojok kota bahkan desa/kampung, sekarang begitu banyak kantor cabang bank
asing, restoran asing, perusahaan multinasional, juga barang produk luar
negeri..
Kalo para
aktivis di 1998 lalu mengusung spanduk "Bye-bye Soeharto", setelah
sadar apa yg sebenarnya terjadi, mereka jugalah yg kemudian meneriakan dengan
keras di jalan2 yg panas dan berdebu: "Sayonara IMF".. kampret.!!!
Buang
jauh2 sorga reformasi, saatnya sekarang R.E.V.O.L.U.S.I.. !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar