Kamis, 29 Oktober 2015

Sekilas Tentang Reformasi 1998

Tumbangnya Sorharto di Mei 1998 gak ujuk2 suatu peristiwa yg berdiri sendiri.. ada urutannya dari penyusunan konsep pelita repelita di awal orba, sampai masuknya ekonomi syariah (bank muamalaf).. Itu suatu keadaan ekonomi kawasan yg di dalam negeri jadi "perang" antara ekonom2 mazhab neoliberal dengan syariah (kerakyatan-nasionalism religius) yg berada di sekitar soeharto.. Mereka saling berebut pengaruh ke soeharto. Untuk lengkapnya, silahkan kawan2 baca buku "Soeharto Menjaring matahari" tulisan DR. Zaim Saidi.

Disini gw coba tuk ingatkan kembali memori kita tentang sebuah peristiwa yg mengawali kehancuran Soeharto dalam peristiwa MALARI (malapetaka limabelas januari) jilid 2

Prof. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika bilang kalo Amrik Serikat dan IMF-lah yg ciptakan krisis untuk dorong kejatuhan Soeharto. Ini juga dibuktikan dari pengakuan direktur pelaksana IMF si bangsat michael camdessus sendiri. Sebelum pensiun dari IMF, di wawancaranya dengan The New York Times, mengakui IMF berada di balik krisis ekonomi yg melanda Indonesia. "Kami menciptakan kondisi krisis yg memaksa Presiden Soeharto turun," ujarnya. ternyata bukan hanya karena sikut-sikutan di kalangan militer dan ekonom, atau tekanan politik dalam negeri, juga gerakan mahasiswa, melainkan lebih karna tekanan pasar keuangan internasional (kawasan asia timur-tenggara) dan IMF.

Ironis.. akhirnya Soeharto terpaksa menandatangani "letter of intent" dengan IMF di Cendana, pada 15 Januari 1998. Bak tuan besar, camdessus menyaksikan momen penandatanganan itu sambil menyilangkan kedua lengan di dada. Bos IMF itu terlihat pongah seperti tampak pada foto yg banyak dimuat di media nasional dan internasional keesokan harinya. Sejarah mencatat peristiwa itu sebagai "Soeharto tunduk pada IMF, salah satu pilar kapitalisme global". juga sebagai MALARI ke-2.. malapetaka lima belas januari.. eit dach.. selanjutnya.. beberapa minggu kemudian, tanda tangan itu terbukti membelenggu Soeharto sendiri.. yg awalnya berusaha tuk coba lepas dari tekanan IMF, Presiden mencari "jalan lain" yg tidak disukai lembaga donor internasional itu.

Pada akhir Januari 1998, Presiden Soeharto menerima Steve Hanke yg menawarkan proposal CBS. Dengan CBS, rupiah akan dipatok pada 5.500/dolar. Soeharto tertarik dan hampir memberlakukan CBS. Sudah disiapkan perpu tentang CBS. Dalam risalah rapat Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan yg dipimpin Soeharto tanggal 10 Februari 1998, salah satu butir keputusan rapat adalah instruksi Presiden kepada Menkeu Mar`ie Muhammad (mantan aktifis HMI), Gubernur BI Soedradjad Djiwandono (seorang ekonom katolik - iparnya Prabowo), Untuk "menyiapkan segala sesuatu yg diperlukan dalam pemberlakuan "currency board." itu.

IMF ngancam dach.. anggap rencana itu merupakan gangguan terhadap konsistensi reformasi dengan segudang paket2 kebijakan ekonomi ala IMF (Lol) yg disodorkan ke Soeharto. Apalagi koran The Washington Post mengabarkan bocornya surat pribadi Michel Camdessus kepada Soeharto tertanggal 11 Februari 1998 yg berisi ancaman bahwa IMF akan menangguhkan pinjaman sebesar 43 miliar dolar AS jika gak ada kejelasan mengenai masa depan reformasi sesuai LoI yg telah diteken 15 Januari itu. Akibat juga tekanan ekonom2 neolib dalam negeri, maka ancaman tersebut manjur. CBS akhirnya dibatalkan menyusul tekanan Barat (melalui IMF) yg makin keras.. sialan..

Menurut Steve Hanke, serangan keji terhadap gagasan CBS dan dirinya sebagai penasehat ekonomi presiden dilancarkan begitu biadab. Rencana pelaksanaan CBS Indonesia ditentang habis-habisan. Tetapi Argentina, yg juga “pasien” IMF, dibolehkan. Begitu pula kontrol devisa, yg digelar begitu mulus di Chili, ternyata diharamkan di Indonesia. Padahal, kata Steve Hanke, kalo aja Indonesia waktu itu diizinkan memakai CBS atau (bahkan) kontrol devisa, maka "perekonomian Indonesia mungkin dipastikan bisa selamat." Terus2an Hanke ingatkan Soeharto agar gak mempercayai IMF, karna IMF sangat khawatir CBS bakal sukses diterapkan di Indonesia. "Washington punya kepentingan agar krisis berlangsung terus sehingga Anda jatuh" kata Hanke ke Soeharto.. parah..

Seiring dengan berjalannya waktu, Hanke kemudian dapat jawaban lebih jelas mengapa idenya tentang CBS dibantai habis2an, padahal di negara lain bisa jalan dengan baik. Merton Miller, seorang penerima Hadiah Nobel untuk Ilmu Ekonomi, bilang bahwa penolakan pemerintah Clinton dan IMF terhadap CBS "bukan karena itu gak akan jalan tapi justru kalau itu jalan maka Soeharto akan terus berkuasa". Pendapat sama juga dibilang oleh mantan PM Australia Paul Keating: "AS tampak dengan sengaja gunakan ambruknya ekonomi sebagai alat tuk menggusur Soeharto". Memang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya besar, mengapa IMF ingin menjatuhkan Soeharto. So jelas, menurut para ekonom kerakyatan bahwa masuknya IMF (yg kemudian saat ini diikutin juga musuh ecek2 plus mitra IMF yaitu Chinna) ke Indonesia seperti membawa kunci pembuka bagi gudang harta terpendam, yakni SDA Indonesia yg melimpah dan pasar Indonesia yg luar biasa dahsyat. Ini terbukti setelah IMF menjadi "dokter" perekonomian Indonesia, perusahaan asing begitu leluasa berbisnis di negeri ini. di setiap pojok kota bahkan desa/kampung, sekarang begitu banyak kantor cabang bank asing, restoran asing, perusahaan multinasional, juga barang produk luar negeri..

Kalo para aktivis di 1998 lalu mengusung spanduk "Bye-bye Soeharto", setelah sadar apa yg sebenarnya terjadi, mereka jugalah yg kemudian meneriakan dengan keras di jalan2 yg panas dan berdebu: "Sayonara IMF".. kampret.!!!

Buang jauh2 sorga reformasi, saatnya sekarang R.E.V.O.L.U.S.I.. !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar