Minggu, 11 Oktober 2015

Sekilas Tasawuf

Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yg abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi dunia).

Ada empat macam tahapan yg harus dilalui oleh hamba yg menekuni ajaran Tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yg disebutnya sebagai “As-Sa’aadah” menurut Al-Ghazaliy dan Al-Insaanul Kaamil” menurut Muhyddin bin Arabiy. Keempat tahapan itu terdiri dari Syari’at, Tarekat, Hakikat dan Marifat.

Dari tahapan-tahapan tersebut, dapat dikemukakan penjabarannya sebagai berikut:

1. Syariat

Istilah syari’at, dirumuskan definisinya oleh As-Sayyid Abu Bakar Al-Ma’ruf dengan mengatakan: “Syari’at adalah suruhan yg telah diperintahkan oleh Allah, dan larangan yg telah dilarang oleh-Nya.”

Kemudian Asy-Syekh Muhammad Amin AL-Kurdiy  mengatakan: “Syari’at adalah hukum-hukum yg telah diturunkan kepada Rasulullah SAW., yg telah ditetapkan oleh Ulama (melalui) sumber nash Al Qur’an dan Sunnah ataupun dengan (cara) istirahat: yaitu hukum-hukum yg telah diterangkan dalam ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawuf.”

Hukum-hukum yg dimaksud oleh Ulama Tauhid; meliputi keimanan kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab Suci-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhirat, Qadha dan Qadar-Nya; dalam bentuk ketaqwaan dengan dinyatakan dalam perbuatan Ma’ruf yg mengandung hukum wajib, sunat dan mubah; dan  meninggalkan mungkarat yg mengandung hukum haram dan makruh. Dan hukum-hukum yg dimaksudkan oleh Fuqaha, meliputi seluruh perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan-nya; yg disebut “ibadah mahdhah” atau taqarrub (ibadah murni atau ibadah khusus) serta hubungannya dengan sesama manusia dan makhluk lainnya, yg disebut “ibadah ghairu mahdhah” atau “ammah” (ibadah umum).

Kemudian hukum-hukum yg dimaksudkan oleh Ulama Tasawuf, yg meliputi sikap dan perilaku manusia, yg berusaha membersihkan dirinya dari hadats dan najis serta maksiat yg nyata dengan istilah “At-Takhali”. Lalu berusaha melakukan kebaikan yg nyata untuk menanamkan pada dirinya kebiasaan-kebiasaan terpuji, dengan istilah “At-Thalli”. Bila syari’at diartikan secara sempit, sebagaimana dimaksudkan dalam pembahasan ini, maka hanya meliputi perbuatan yg nyata, karena perbuatan yg tidak nyata (perbuatan hati), menjadi lingkup pembahasan Tarekat. Oleh karena itu, dalam tulisan ini hanya mengemukakan perbuatan-perbuatan lahir, misalnya perbuatan manusia yg merupakan fenomena keimanan, yg telah dibahas dalam Ilmu Tauhid. Fenomena keimanan itu terwujud dalam bentuk perbuatan ma’ruf dan menjauhi yg mungkar.

2. Tarekat

Tarekat adalah Suatu ilmu yg mengkaji kaitannya pengamalan zikir kepada Allah dengan praktek dalam beribadah setiap waktu yg telah ditentukan. Dari pengertian tersebut, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yg dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yg disebut “Al-Maqaamaat” dan “Al-Akhwaal”, meskipun kedua istilah ini ada segi perbedaannya. Latihan kerohanian itu, sering juga disebut “Suluk”, maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya (prakteknya).

Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama.

Kembali kepada masalah Al-Maqaamaat dan Al-Akhwaal, yg dapat dibedakan dari dua segi, yaitu:
a). Tingkat kerohanian yg disebut maqam, hanya dapat diperoleh dengan cara pengamalan ajaran Tasawuf yg sungguh-sungguh. Sedangkan akhwaal, disamping dapat diperoleh manusia yg mengamalkannya, dapat juga diperoleh manusia hanya karena anugrah semata-mata dari Tuhan, meskipun ia tidak pernah mengamalkan ajaran Tasawuf secara sungguh-sungguh.
b). Tingkatan kerohanian yg disebut maqam sifatnya langgeng atau bertahan lama, sedangkan ahwaal sifatnya sementara; sering ada pada diri manusia, dan sering pula hilang. Meskipun ada pendapat Ulama Tasawuf yg mengatakan bahwa maqam dan ahwaal sama pengertiannya, namun dalam tulisan ini mengikuti pendapat yg membedakannya beserta alasan-alasannya.

Tentang jumlah tingkatan maqam dan ahwaal, tidak disepakati oleh Ulama Tasawuf. Abu Nashr As-Sarraaj  mengatakan bahwa tingkatan maqam ada tujuh, sedangkan tingkatan ahwaal ada sepuluh.

Adapun tingkatan maqam menurut Abu Nashr As-Sarraj, dapat disebutkan sebagai berikut:
a)  Tingkatan Taubat (At-Taubah);
b)  Tingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan haram, makruh, dan syubhat (Al-Wara’);
c)  Tingkatan meninggalkan kesenangan dunia (As-Zuhdu);
d)  Tingkatan memfakirkan diri (Al-Faqru);
e)  Tingkatan Sabar (Ash-Shabru);
f)  Tingkatan Tawakkal (At-Tawakkul);dan
g)  Tingkatan kerelaaan (Ar-Ridhaa).

Mengenai tingkatan hal (al-ahwaal) menurut Abu Nash As Sarraj, dapat dikemukakan sebagai berikut;
a)  Tingkatan Pengawasan diri (Al-Muraaqabah);
b)  Tingkatan kedekatan/kehampiran diri (Al-Qurbu);
c)  Tingkatan cinta (Al-Mahabbah);
d)  Tingkatan takut (Al-Khauf);
e)  Tingkatan harapan (Ar-Rajaa);
f)  Tingkatan kerinduan (Asy-Syauuq);
g)  Tingkatan kejinakan atau senang mendekat kepada perintah Allah (Al-Unsu);
h)  Tingkatan ketengan jiwa (Al-Itmi’naan);
i)   Tingkatan Perenungan  (Al-Musyaahadah);dan
j)   Tingkatan kepastian (Al-Yaqiin).

3. Hakikat

Hakikat adalah : Kepastian yg benar dan kebenaran yg pasti tentang Allah (Tauhid). Perkataan hakikat dalam islam tasawuf ialah esensi atau pangkal dari semua alam yg maujud, baik yg ghoib ataupun yg syahadah. Adakalanya ilmu tasawuf dipanggil juga ilmu hakikat. Ini kerana hakikat manusia itu yg sebenarnya adalah rohnya. Yg menjadikan manusia itu hidup dan berfungsi adalah rohnya. Yg menjadikan mereka mukalaf disebabkan adanya roh. Yg merasa senang dan susah adalah rohnya. Yg akan ditanya di Akhirat adalah rohnya. Hati atau roh itu tidak mati sewaktu jasad manusia mati. Cuma ia berpindah ke alam Barzakh dan terus ke Akhirat.

Jadi hakikat manusia itu adalah roh. Roh itulah yg kekal. Sebab itu ia dikatakan ilmu hakikat. Oleh yg demikian apabila kita mempelajari sungguh-sungguh ilmu rohani ini hingga kita berjaya membersihkan hati, waktu itu yg hanya kita miliki adalah sifat-sifat mahmudah yaitu sifat-sifat terpuji. Sifat-sifat mazmumah yaitu sifat-sifat terkeji sudah tidak ada lagi. Maka jadilah kita orang yg bertaqwa, yg akan diberi bantuan oleh Allah SWT di dunia dan Akhirat. Kebersihan hati inilah yg akan menjadi pandangan Allah. Maksudnya, bila hati bersih, sholatnya diterima oleh Allah SWT. Bila hati bersih, puasanya diterima oleh Allah. 

4. Makrifat

Ilmu makrifat adalah suatu ilmu atau pengetahuan yg hakiki kepada Allah. Pada dasarnya doktrin makrifat adalah merupakan aspek lain dari tauhid. Secara etimologi makrifat berarti pengetahuan (knowledge). term ini dalam termologi tasawuf memiliki muatan makna yg menunjukkan pada suatu pengetahuan tentang Allah yg datang secara langsung (dari Allah) dan orang yg memperoleh pengetahuan ini disebut arif.

Apabila seorang sufi sudah memperoleh makrifat, maka hatinya akan terputus dari segala hal karena tertutup oleh keagungan Allah. Disaat itu seorang sufi tidak mempunyai keinginan apapun termasuk pahala ataupun surga, namun semuanya dikembalikan kepada Allah. Segala amalan yg dilakukannya hanyalah untuk Allah tanpa mengharap apapun termasuk surga dan pahala. Bagi seorang sufi seperti Al Bustami, pengalaman makrifat adalah lebih manis dan lebih nikmat dari seribu tempat yang mulia di surga firdaus.

Menurut Al Bustami, yang menjadi sumber makrifat tidak lain adalah Allah sendiri. Hal ini tergambar dari do’a beliau; “Ya Allah, jadikanlah aku paham tentang Engkau, karena aku tidak akan paham kamu, kecuali kamu”.

Untuk sampai pada tingkat marifat, Al Bustami telah melakukan upaya yg luar biasa sebagaimana yg telah tergambar dalam ungkapan beliau berikut:

Aku telah bermujahadah selama 30 tahun. Tidak ada yg lebih memberatkan diriku, kecuali ilmu dan melaksanakannya. Kalau tidak ada perbedaan pandangan diantara para ulama, tentu aku akan baqa. Sedangkan perbedaan diantara ulama adalah rahmat, kecuali dalam masalah konsentrasi (tajrid) dalam tauhid.

Pada suatu saat al Bustami ditanya, “Bagaimana anda bisa sampai pada tingkatan ini (makrifat)”. Ia menjawab; “Dengan perut yg lapar dan tubuh yg telanjang”.

Makrifat merupakan capaian yg paling puncak dari keseluruhan amalan zuhud yg telah dijalankannya. Sebagaimana yg diceritakan beliau, ada 4 proses kezuhudan yg dilakukannya: (1) zuhud dari dunia dan segala isinya; (2) zuhud dari akhirat dan segala yg ada di dalamnya; (3) zuhud dari segala hal kecuali Allah; (4) tidak tersisa sedikitpun selain Allah SWT. Saat itulah beliau benar-benar terlah tercapai makrifat.

Tasawuf adalah ilmu yg mengandung ajaran-ajaran tentang kehidupan keruhanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari berbagai penyakit hati, godaan nafsu, kehidupan duniawi, cara-cara mendekatkan diri kepada Allah seta fana dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yg dalam akan Allah. Sufi adalah orang yg menjalankan tasawuf. Sedangkan tarekat adalah  jalan yg ditempuh oleh para sufi untuk dapat dekat kepada Allah. Tarekat atau Thariqah juga mengandung pengertian organisasi.

Keperibadian manusia telah disemai sebagai sebaik-baik penciptaan yg Allah SWT mengutamakan atas segala penciptaan yg lain. Kecemerlangan penciptaan yg dinamakan insan (manusia) ini memerlukan panduan yg sebaik-baiknya, baik mengharungi buaian gelora dunia. Tujuannya tiada lain melainkan supaya insan ini akan pulang ke pangkuan Allah dalam keadaan sebaik-baiknya sebagaimana keadaannya ketika dalam mula-mula kejadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar